Thursday, September 14, 2017

Kajian 62 | Fiqh Shalāt Iedul Fitri Dan Iedul Adha (Bag. 1 dari 2)

SHALĀT IEDUL FITRI DAN IEDUL ADHA (BAG. 1 DARI 2)
klik link audio

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para shahābat Bimbingan Islām yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita memasuki halaqah yang ke-62 dan masuk pada fasal berikutnya yaitu tentang shalāt Iedul Fitri dan Iedul Adha.

قال المؤلف رحمه الله

Berkata penulis  rahimahullāh:

((وصلاة العيدين سنة مؤكدة و هي:
ركعتان يكبر في الأولى سبعا سوى تكبيرة الإحرام وفي الثانية خمسا سوى تكبيرة القيام.))

"Dan shalāt 'Iedain  ('Iedul fitri dan 'Iedul Adha) hukumnya adalah  sunnah muakkadah.

Dan shalāt 'ied adalah shalāt 2 (dua) raka'at dengan 7 (tujuh) kali takbir di raka'at pertama selain takbiratul ihram, dan takbir 5 (lima) kali pada raka'at kedua selain takbir bangun dari sujud."




▪ Shalāt 'Ied (Shalāt Hari Raya)

Adalah shalāt yang dilakukan pada hari 'Ied, baik 'Iedul Fitri (setelah selesai bulan Ramadhān) maupun pada 'Iedul Adha.

Maksud 'Ied di sini adalah berkumpulnya orang-orang secara rutin dan berulang-ulang. Karena selalu berulang setiap tahun maka dikatakan sebagai 'Ied, yaitu "kembali".

▪ Keutamaan shalāt 'Ied

Keutamaan shalāt 'Ied sangat besar. Hal ini ditunjukkan dengan rutinnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melakukannya secara terus menerus dan bahkan beliau sampai memerintahkan para wanita yang sedang hāidh, untuk keluar menyaksikan shalāt 'Ied untuk berkumpul dengan kaum muslimin.

Begitu juga para shahābat radhiyallāhu Ta'āla 'anhum jam'ian, mereka selalu menjaga shalāt ini dan rutin melaksanakan  shalāt ini.

Dan di dalam shalāt ini ada rasa syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan menampakkan syiar Islām dan bersatunya kaum muslimin. Oleh karena itu dia memiliki keutamaan yang besar.

▪ Hukum Shalāt 'Ied

Hukum shalāt 'Ied dalam madzhab Syāfi'i adalah sunnah muakkadah, (artinya) sunnah yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan, sebagaimana yang disebutkan oleh penulis bahwa shalāt ini adalah sunnah muakkadah. Dan ini merupakan pendapat Mālikiyyah dan Jumhūr ulamā. Dan pendapat ini condong lebih kuat.

Namun di sana ada sebagian yang berpendapat bahwasanya hukumnya wajib 'ain, seperti madzhab Hanafi. Dan sebagian berpendapat wajib kifayah sebagaimana madzhab Hambali.

▪ Waktu Shalāt 'Ied

Shalāt 'Ied dilakukan antara terbitnya matahari sampai tergelincirnya matahari atau zawal. Dan disunnahkan untuk  diakhirkan sampai matahari tingginya sekadar ujung tombak.

▪ Tata Cara Shalāt 'Ied

Untuk raka'at shalāt 'Ied dilakukan sebanyak 2 (dua) raka'at. Hal ini merupakan 'ijma para ulamā,  berdasarkan hadīts shahīh yang diriwayatkan Imām An Nasāi' dan Ibnu Mājah, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

صلاة الأضحى ركعتان وصلاة الفطر ركعتان

"Shalāt 'Iedul Adha itu 2 (dua) raka'at dan shalāt 'Iedul Fitri ada 2 (dua) raka'at."

▪ Hukum Takbir Tambahan

Hukum takbir tambahan adalah sunnah, berdasarkan pendapat jumhūr mayoritas ulamā fiqih dari kalangan Syāfi'iyah, Mālikiyyah dan Hanābilah.

Oleh karenanya apabila seorang Imām lupa maka tidak perlu dia mengulangi shalātnya, cukup meneruskan shalāt tersebut.

▪ Jumlah Takbir Tambahan

Adapun jumlah takbir tambahan berdasarkan madzhab Syāfi'i adalah sejumlah 7 kali takbir pada raka'at pertama (selain takbiratul ihram) artinya tidak menghitung takbiratul ihram.

⇒ Berdasarakan madzhab Syāfi'i,

√ 7 (tujuh) takbir pada raka'at pertama.
√ 5 (lima) takbir pada raka'at kedua.

Adapun 5 takbir pada raka'at kedua selain takbir bangun dari sujudnya.

Hal ini berdasarkan hadīts yang diriwayat oleh Imām Tirmidzi dengan sanad yang hasan, bahwasanya:

"Dahulu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bertakbir dalam shalāt 'Iedain pada raka'at pertama 7 (tujuh) kali sebelum membaca dan pada raka'at yang terakhir 5 (lima) kali sebelum membaca."

Adapun pendapat jumhūr mayoritas ulamā dari Mālikiyyah dan Hanābilah, adalah:

√ Raka'at pertama adalah 6 (enam) kali selain takbir yang pertama.
√ Raka'at kedua 5 (lima) kali.

▪ Hukum Mengangkat Kedua Tangan

⇒ Disunnahkan untuk mengangkat tangan walaupun  pada takbir tambahan.

Yaitu dikerjakan pada saat dia takbiratul ihram atau takbir bangun dari sujud. Ini adalah pendapat mayoritas ahli fiqih dari kalangan Hanafiyyah , Syāfi'iyah dan Hanābilah.

▪Do'a Istiftah

√ Di sunnahkan membaca do'a istiftah setelah takbiratul ihram dan sebelum takbir tambahan.
√ Disunnahkan untuk membacaa ta'awudz sebelum membaca Al Fātihah.

⇒ Ini adalah pendapat jumhūr mayoritas fuqahā.

▪ Apa yang dibaca diantara dua takbir?

Para ulama berbeda pendapat:

√ Pendapat pertama disunnahkan untuk berdzikir.
√ Pendapat kedua bahwa tidak disunnahkan berdzikir

⇒ Dan ini disebutkan Imām Nawawi sebagai pendapat jumhūr mayoritas fuqaha (yaitu pendapat yang kedua)

▪ Bacaan Dalam Shalāt 'Ied

Bacaan dalam shalāt 'Ied, Imām membaca secara jahr (dikeraskan). Dinukilkan oleh Imām Nawawi dan Ibnu Qudamah bahwa hal ini adalah berdasarkan ijma'.

▪ Bacaan Yang Disunnahkan

Bacaan yang disunnahkan dalam dalam 'Iedain setelah membaca surat Al Fatiha adalah:

√ Surat Al A'lā atau surat Qāf pada raka'at pertama.
√ Surat  Al Ghāsyiyah atau surat  Al Qamar pada raka'at kedua.

Ini adalah hal-hal yang terdapat dalam sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Demikian yang bisa disampaikan pada halaqah ini, semoga bermanfaat.


وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ الله رَبِّ الْعَالَمِينَ
________

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 23 Dzulhijjah 1438 H /  14 September 2107 M
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abū Syujā' | Kitāb Shalāt
🔊 Kajian 62 | Fiqh Shalāt Iedul Fitri Dan Iedul Adha (Bag. 1 dari 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H062
〰〰〰〰〰〰〰

No comments:

Post a Comment