Friday, January 31, 2020

Halaqah 20 ~ Amalan Hamba Ikhtiariyah Menurut Ahlus Sunnah

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 20 ~ Amalan Hamba Ikhtiariyah Menurut Ahlus Sunnah
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-20 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Amalan Hamba Ikhtiariyah Menurut Ahlus Sunnah

Amalan hamba terbagi menjadi dua : Ikhtiyaariyyah dan Idhthiraariyyah

  1. Amalan hamba idhthiraariyyah yaitu amalan hamba yang seorang hamba tidak bisa memilih seperti gerakan orang yang menggigil. 
  2. Amalan hamba ikhtiyariyyah yaitu amalan hamba yang seseorang bisa memilih seperti amalan-amalan ketaatan dan amalan-amalan kemaksiatan 

Ahlusunnah wal jamaah meyakini bahwa Allah yang menciptakan amalan mereka bukan mereka yang menciptakan sendiri amalan-amalan tersebut, sebagaimana keyakinan orang-orang qodariyah.

Allah subhanahu wataála berfirman:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

"Dan Allah dialah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan" (Q.S. Ash Shofat : 96)

Dan Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Sesungguhnya Allah yang menciptakan setiap pelaku dan apa yang dia lakukan" (H.R. Al Hakim shohih di dalam Al Mustadrok)

Dan Ahlusunnah meyakini bahwa para hamba merekalah pelaku dari apa yang mereka amalkan, Allah yang menciptakan keimanan dan kekafiran dan seorang hamba dialah yang beriman dan dialah yang kafir. Allah menciptakan ketaatan dan kemaksiatan dan hamba dialah yang taat dan dialah yang bermaksiat. Allah menciptakan shalat dan puasa dan hambalah yang melakukan shalat dan dialah yang melakukan puasa. Bukan Allah subhanahu wataála yang menjadi pelaku itu semua, sebagaimana diyakini oleh orang-orang Al-Jabriyah.

Allah berfirman:

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

"Maka sebuah jiwa tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka berupa hal-hal yang menyejukan mata mereka sebagai balasan atas apa yang mereka amalkan" (Q.S. As Sajdah : 17)

Di dalam ayat ini, Allah mengabarkan bahwa amal yang dilakukan para hamba adalah sebab mereka mendapatkan kenikmatan di sorga. Menunjukkan bahwa pelaku amalan tersebut adalah hamba bukan Allah. Allah subhanahu wataála memberikan para hamba kudroh atau kemampuan sebagaimana firman Allah:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

"Allah tidak membebani sebuah jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya" (Q.S. Al Baqoroh : 286)

Dan Allah juga memberikan mereka irodah atau keinginan, Allah lah yang menciptakan irodah pada diri mereka dan irodah mereka di bawah irodah Allah subhanahu wataála. Allah berfirman:

لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

"Bagi siapa diantara kalian yang ingin istiqomah dan tidaklah kalian menghendaki istiqomah kecuali dengan kehendak Allah Rab semesta alam" (Q.S. At Takwir : 28 -29)

Ini semua menunjukkan tentang batilnya ucapan Al Jabriyah bahwa hamba dipaksa melakukan ketaatan atau kemaksiatan tidak ada pilihan bagi mereka mereka tidak memiliki kudroh dan irodah keadaan mereka seperti gerakan pohon yang tertiup angin mengikuti kemana arah angin tersebut

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Thursday, January 30, 2020

Halaqah 19 ~ Makna Ucapan Rasūlullāh shallallāhu ’alayhi wa sallam "Kejelekan Tidak Kepadamu"

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 19 ~ Makna Ucapan Rasūlullāh shallallāhu ’alayhi wa sallam "Kejelekan Tidak Kepadamu"
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-19 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Makna Ucapan Rasūlullāh shallallāhu ’alayhi wa sallam "Kejelekan Tidak Kepadamu"

Allah subhanahu wataála yang menciptakan segala sesuatu yang bermanfaat maupun yang memudhoroti, yang baik maupun yang buruk. Adapun sabda nabi sallahu álaihi wasalam di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

والشر ليس إليك


"Dan kejelekan tidak disandarkan kepadamu"

Maka hadits ini tidak menunjukkan bahwa kejelekan tidak dicipta oleh Allah. Para ulama telah menjelaskan bahwa makna hadits ini.

1. Ini adalah bentuk adab kita kepada Allah ajawajal. Tidak boleh kita berkata : wahai yang menciptakan kejelekan atau mengatakan wahai pencipta babi meskipun Allah subhanahu wataála Dialah yang menciptakan itu semua

2. Allah subhanahu wataála tidak menciptakan kejelekan secara murni kejelekan. Kejelekan yang Allah ciptakan pasti ada hikmahnya. Dilihat dari sisi hikmah inilah kejelekan yang menimpa tersebut adalah baik di pandangan Allah ajawajal. Maka tidak boleh disandarkan kejelekan kepada Allah ajawajal.

Misalnya Allah mentakdirkan rejeki. Ada diantara manusia yang diluaskan rezekinya dan ada yang disempitkan. Disempitkan dengan hikmah dan diluaskan dengan hikmah. Dan diantara hikmah disempitkan rezeki seseorang adalah supaya dia tidak belebihan di dunia supaya dia banyak berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan diantara hikmahnya supaya terjadi saling membutuhkan antara orang yang kaya dan orang yang miskin.

3. Ada diantara ulama yang mengatakan bahwa makna ucapan nabi salallahu álaihi wasalam kejelekan tidak disandarkan kepadamu maksudnya tidak boleh bertaqorub kepada Allah dengan kejelekan

4. Ada diantara ulama yang mengatakan bahwa maknanya kejelekan tidak akan sampai kepada Allah tetapi kebaikan itulah yang akan sampai kepada Allah.

Penyandaran kejelekan di dalam dalil tidak dilakukan secara khusus kepada Allah tetapi terkadang dengan penyandaran umum seperti firman Allah ajawajal:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

"Allah yang menciptakan segala sesuatu" (Q.S. Az Zumar : 62)

Dan terkadang disandarkan kejelekan tersebut kepada penyebabnya sebagaimana firman Allah

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

"Dari kejelekan apa yang dia ciptakan" (Q.S. Al Falaq : 2)

Dan terkadang Allah subhanahu wataála menggunakan kalimat yang pasif sebagaimana firman Allah

وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا

"Dan sesungguhnya kami (yaitu bangsa jin) tidak mengetahui apakah kejelekan yang diinginkan terhadap penduduk bumi ataukah Rab mereka menginginkan bagi penduduk bumi kebaikan" (Q.S. Al Jin : 10)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wednesday, January 29, 2020

Halaqah 18 ~ Kapan Seseorang Boleh Beralasan Dengan Takdir

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 18 ~ Kapan Seseorang Boleh Beralasan Dengan Takdir
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-18 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Kapan Seseorang Boleh Beralasan Dengan Takdir

Takdir dijadikan hujah dan alasan di dalam musibah dan bencana dan tidak boleh dijadikan hujah dan alasan di dalam dosa dan kemaksiatan. Ketika musibah seseorang mengatakan : ini adalah takdir Allah, ini adalah dengan izin Allah atau mengatakan apa yang Allah kehendaki pasti terjadi. Maka hal ini akan membawa ketenangan dan kebaikan pada dirinya.

Allah subhanahu wataála berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Tidaklah menimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan memberikan petunjuk kepada dirinya dan Allah maha mengetahui segala sesuatu" (Q.S. At Taghabun : 11)

Dan Nabi salallahu álaihi wasalam bersabda

"Dan apabila engkau tertimpa musibah maka janganlah engkau mengatakan seandainya aku melakukan demikian niscaya akan demikian dan demikian akan tetapi ucapkanlah ini adalah takdir Allah, dan apa yang Allah kehendaki akan Dia lakukan karena sesungguhnya ucapan seandainya ini membuka amalan syaitan" (H.R. Muslim)

Namun ketika berbuat maksiat dan dinasehati maka tidak boleh seseorang berhujah dengan takdir atas maksiat yang dia lakukan kemudian dia mengatakan saya berbuat maksiat karena takdir Allah atau mengatakan kalau Allah menghendaki niscaya saya tidak berbuat maksiat dan lain-lain.

Orang-orang musyrikin ketika dahulu didakwahi oleh para nabi untuk bertauhid mereka menolak dan mereka berhujah dengan takdir atas kesyirikan dan kemaksyiatan yang mereka lakukan.

Allah subhanahu wataála berfirman:

وَقَالَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ ۚ كَذَٰلِكَ فَعَلَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ

"Dan berkata orang-orang musyrikin seandainya Allah menghendaki niscaya kami tidak menyembah selain Allah sedikitpun kami dan bapak-bapak kami dan niscaya kami tidak mengharamkan sedikitpun, demikianlah orang-orang sebelum mereka melakukan maka tidak ada kewajiban atas rosul kecuali menyampaikan dengan jelas" (Q.S. An Nahl : 35)

Adapun ucapan nabi Adam álaihisalam yang disebutkan di dalam hadits

"Adam dan Musa saling berhujah maka berkata Musa : engkau adalah Adam yang dosamu telah mengeluarkanmu dari Surga. Berkata Adam : engkau adalah Musa yang Allah telah memilihmu sebagai seorang Rosul dan memilihmu sebagai manusia yang pernah diajak bicara oleh Allah kemudian engkau mencelaku atas sebuah perkara yang telah ditakdirkan untukku sebelum aku diciptakan. Maka Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda : Adam telah mengalahkan Musa dalam berhujah. Beliau salallahu álaihi wasalam mengucapkannya dua kali" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Maka perlu diketahui bahwa nabi Adam álaihisalam di dalam hadits ini tidak berhujah dengan takdir atas dosa yang beliau lakukan akan tetapi beliau berhujah dengan takdir atas musibah yang menimpa beliau dan keturunan beliau, yaitu musibah kelauarnya beliau dari surga yang efeknya juga dirasakan oleh keturunan beliau álaihisalam

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tuesday, January 28, 2020

Halaqah 17 ~ Peran Doa Di Dalam Beriman Kepada Dengan Takdir Allāh

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 17 ~ Peran Doa Di Dalam Beriman Kepada Dengan Takdir Allāh
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-17 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Peran Doa Di Dalam Beriman Kepada Dengan Takdir Allāh

Takdir telah tertulis, akan tetapi bukan berarti seseorang meninggalkan berdoa kepada Allah. Berdoa adalah bagian dari mengambil sebab yang diperintahkan untuk mendapatkan kebaikan dunia maupun kebaikan akherat. Allah subhanahu wataála berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

"Dan berkata Rab kalian : hendaklah kalian berdoa kepadaKu niscaya Aku akan mengabulkan untuk kalian" (Q.S. Ghofir : 60)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ

"Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang diriku maka sesungguhnya aku adalah dekat, mengabulkan doanya orang yang berdoa kepadaKu" (Q.S. Al-Baqoroh : 186)

Dan doa adalah ibadah sebagaimana sabda nabi salallahu álaihiwasalam

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ


"Doa itu adalah ibadah" (H.R. Abu Dawud, At-Tirmizi, An-Nasai, dan Ibnu Majah - Shohih)

Dan Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Dan tidak menolak al-qodar kecuali doa" (H.R. Ibnu Majah - Hasan)

Dan bukanlah yang dimaksud dengan doa bisa menolak takdir bahwa doa bisa melawan takdir Allah yang sudah Allah tulis. Akan tetapi makna al-qodar disini adalah al-muqodar yaitu sesuatu yang ditakdirkan. Artinya doa bisa menjadi sebab berubahnya keadaan yang ditakdirkan oleh Allah menjadi keadaan lain yang juga ditakdirkan oleh Allah. Contoh seseorang ditakdirkan sakit kemudian dia berdoa kepada Allah meminta kesembuhan kemudian Allah mengabulkan doanya dan menakdirkan kesembuhan bagi orang tersebut. Dan doa yang dipanjatkan oleh seseorang kepada Allah adalah bagian dari takdir Allah. Lalu bagaimana dikatakan bahwa doa bisa melawan takdir Allah ajawajal.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Monday, January 27, 2020

Halaqah 16 ~ Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Irādah Syar'iyyah Dan Irādah Kauniyyah

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 16 ~ Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Irādah Syar'iyyah Dan Irādah Kauniyyah
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-16 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Irādah Syar'iyyah Dan Irādah Kauniyyah

Aliran yang menyimpang di dalam masalah irodah syariyyah dan dan irodah kauniyyah adalah Al-Qodariyyah dan Al-Jabriyyah. Mereka tidak membedakan antara irodah syariyyah dan irodah kauniyyah. Mereka menganggap bahwa semua yang terjadi adalah dicintai oleh Allah.

Adapun Al-Qodariyyah maka mereka mengatakan bahwa setiap yang diinginkan oleh Allah pasti dicintai oleh Allah dan yang tidak Allah cintai dan ridhoi berarti terjadi tidak dengan keinginan Allah dan tidak diciptakan oleh Allah. Dan diantara yang tidak dicintai oleh Allah adalah kekafiran dan kemaksiatan. Dengan demikian kekafiran dan kemaksiatan tidak diciptakan oleh Allah karena Allah tidak mencintainya. Kemudian akhirnya mereka menyimpulkan bahwa seluruh amalan makhluq semuanya bukan dengan irodah dan penciptaan Allah tetapi dengan irodah makhluq tersebut tanpa campur tangan irodah Allah dan penciptaan Allah.

Adapun Al-Jabriyah maka mereka mengatakan bahwa semua yang terjadi adalah dengan irodah dan penciptaan Allah dan setiap yang diinginkan oleh Allah dan diciptakan pasti dicintai oleh Allah. Dan kekufuran dan kemaksiatan diciptakan oleh Allah berarti kekufuran dan kemaksiatan dicintai oleh Allah ajawajal.

Dengan demikian kita mengetahui bahwa orang-orang Al-Qodariyyah tersesat karena meyakini terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan oleh Allah di dalam kerajaan Allah dan mereka benar ketika mengatakan bahwa Allah tidak mencintai kekafiran dan kemaksiatan. Dan kita mengatahui bahwa orang-orang Al-Jabriyah tersesat karena meyakini bahwa kekufuran dan kemaksiatan dincintai oleh Allah dan mereka benar ketika meyakini bahwa Allah yang mentakdirkan itu semua.

Adapun Ahlusunnah maka Allah memberikan petunjuk kepada mereka, mereka meyakini bahwa Allah mentakdirkan segala sesuatu termasuk kekafiran dan kemaksiatan dan Allah tidak mencintai kekafiran dan kemaksiatan.

Dari keterangan di atas diketahui bahwa subhat Al-Qodariyah dan Al-Jabriyah

1. Mereka tidak membedakan antara dua irodah Allah dan meyakini bahwa setiap yang diciptakan oleh Allah berarti dicintai oleh Allah  padahal tidak semua yang diciptakan Allah dicintai oleh Allah ajawajal.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Friday, January 24, 2020

Halaqah 15 ~ Beberapa Contoh Keadaan Yang Berkaitan Dengan Irādah Syar'iyyah Dan Irādah Kauniyyah

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 15 ~ Beberapa Contoh Keadaan Yang Berkaitan Dengan Irādah Syar'iyyah Dan Irādah Kauniyyah
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-15 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Beberapa Contoh Keadaan Yang Berkaitan Dengan Irādah Syar'iyyah Dan Irādah Kauniyyah

1. Keimanan Abu Bakar

Keimanan Abu Bakar berkaitan dengannya dua irodah sekaligus, irodah syaríyah dan irodah kauniyah. Berkaitan dengannya irodah syariyah karena Allah mencintai dan menginginkan keimanan Abu Bakar dan berkaitan dengannya irodah kauniyah karena Allah mentakdirkan mewujudkan dan menciptakan keimanan Abu Bakar

2. Keimanan Abu Jahl

Keimanan Abu Jahl berkaitan dengannya irodah syariyah saja dan tidak berikaitan dengannya irodah kauniyah. Berkaitan dengannya irodah syaríyah karena Allah mencintai dan menginginkan keimanan Abu Jahl. Dan tidak berkaitan dengannya irodah kauniyah karena Allah tidak mentakdirkan mewujudkan dan menciptakan keimanan Abu Jahl.

3. Kemaksiatan orang yang berbuat maksiat 

Kemaksiatan orang yang berbuat maksiat, berkiatan dengannya irodah kauniyah saja dan tidak berkaitan dengannya irodah syariyah. Berkaitan dengannya irodah kauniyah karena Allah mentakdirkan mewujudkan dan menciptakan kemaksiatan tersebut dan tidak berkaitan dengannya irodah syariyah karena secara syareat Allah tidak mencintai dan menginginkan kemaksiatan tersebut

4. Kekufuran orang yang beriman yang tidak terjadi

Hal ini tidak berkaitan dengannya 2 irodah. Tidak berkaitan dengannya irodah syariyah karena secara syareat Allah tidak mencintai dan tidak menginginkan kekufuran orang yang beriman dan tidak berkaitan dengannya irodah kauniyah karena Allah tidak mentakdirkan kekufuran orang yang beriman dan tidak mewujudkannya serta tidak menciptakannya

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Thursday, January 23, 2020

Halaqah 14 ~ Perbedaan Antara Irādah Kauniyyah Qadariyyah Dan Irādah Syar'iyyah Diniyyah

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 14 ~ Perbedaan Antara Irādah Kauniyyah Qadariyyah Dan Irādah Syar'iyyah Diniyyah
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-14 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Perbedaan Antara Irādah Kauniyyah Qadariyyah Dan Irādah Syar'iyyah Diniyyah

Perbedaan antara irodah kauniyyah qodariyah dan irodah syariyyah diniyyah diantaranya:

1. Irodah kauniyah melajimkan terjadinya apa yang diinginkan oleh Allah, misalnya Allah menginginkan menciptakan matahari maka terciptalah matahari. Sedangkan irodah syariyyah maka tidak melajimkan terjadinya apa yang Allah inginkan, seperti secara syareat Allah menginginkan keislaman Abu Lahab tetapi hal tersebut tidak terjadi

2. Irodah kauniyyah tidak melajimkan apa yang Allah inginkan tersebut dicintai oleh Allah akan tetapi terkadang kejadiannya ada yang dicintai oleh Allah misal keimanan orang yang beriman dan terkadang ada yang kejadiannya tidak dicintai oleh Allah seperti kemaksiatan. Adapun irodah syariyah maka kejadiannya pasti sesuatu yang dicintai oleh Allah seperti keimanan orang yang beriman, ketaatan orang yang taat, dan lain-lain

3. Irodah kauniyah tidak melajimkan bahwa itu diperintah oleh Allah sedangkan irodah syariyah melajimkan bahwa hal tersebut diperintahkan oleh Allah artinya setiap yang diinginkan oleh Allah secara syareat berarti dia diperintahkan

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wednesday, January 22, 2020

Halaqah 13 ~ Dua Macam Iradah Atau Keinginan Allāh 'Azza Wa Jalla

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 13 ~ Dua Macam Iradah Atau Keinginan Allāh 'Azza Wa Jalla
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-13 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Dua Macam Iradah Atau Keinginan Allāh 'Azza Wa Jalla

Diantara perkara yang penting difahami oleh seorang muslim di dalam masalah beriman dengan takdir Allah bahwa Irodah atau keinginan Allah ada dua macam, yaitu:

1. Irodah Kauniah Kodariyah

Yaitu keinginan Allah yang berkaitan dengan penciptaan dan kejadian-kejadian yang ditakdirkan oleh Allah ajawajal, seperti keinginan Allah menciptakan manusia dan hewan, menciptakan orang yang taat dan orang yang berbuat maksiat, menciptakan ketaatan dan kemaksiatan, dan lain-lain.

Dalil irodah kauniyah kodariyah diantaranya adalah firman Allah ajawajal

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

"Sesungguhnya perkara Allah apabila menginginkan sesuatu adalah mengatakan jadilah maka jadilah dia" (Q.S. Yasin : 82)

Dan Allah berfirman:

 إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

"Sesungguhnya Allah melakukan apa yang Dia inginkan" (Q.S. Al Haj : 14)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ

"Barangsiapa yang Allah inginkan untuk diberi hidayah maka Allah lapangkan dadanya untuk menerima Islam dan barangsiapa yang Allah inginkan untuk disesatkan maka Allah akan menjadikan dadanya sempit lagi sesat seperti ketika dia berusaha naik ke atas" (Q.S. Al Anám : 125)

Dan Masyiáh Allah atau kehendak Allah yang disebutkan di dalam halaqah yang ke 7 adalah nama lain dari Irodah Kauniyah Qodariyah.

2. Irodah Syaríyah Diniyah

Yaitu keinginan Allah yang berkiatan dengan syareat agama yang Allah turunkan. Allah subhanahu wataála menginginkan manusia mengikuti syareatnya dan agamanya, menginginkan mereka menjalankan perintah Allah dan menginginkan mereka meninggalkan larangan-larangan Allah.

Dalil Irodah Syariyah Diniyah diantaranya adalah firman Allah ajawajal

 إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

"Sesungguhnya Allah hanya menginginkan untuk menghilangkan kotoran dari kalian wahai ahlul bait dan memurnikan kalian dari dosa dengan sebenar-benarnya" (Q.S. Al Ahzab : 33)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ

"Dan Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian" (Q.S. An Nisa : 27)

Dan dari Anas bin Malik rodiallahu anhu dari Nabi salallahu álaihi wasalam beliau bersabda

"Allah subhanahu wataála berkata kepada penduduk neraka yang paling ringan azdabnya di hari kiamat "seandainya engkau memiliki seluruh apa yang ada di bumi apakah engkau akan menebus dengannya? maka dia berkata iya, maka Allah berkata aku menginginkan darimu yang lebih ringan daripada ini sedangkan engkau saat itu berada di dalam sulbi adam yaitu supaya engkau tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka engkaupun enggan kecuali menyekutukan diriku" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tuesday, January 21, 2020

Halaqah 12 ~ Aliran Sesat Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Takdir

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 12 ~ Aliran Sesat Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Takdir
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-12 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Aliran Sesat Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Takdir

Al-Majusyiah

Diantara aliran sesat yang menyimpang di dalam masalah takdir adalah aliran Al Majusyiah, yaitu aliran yang mengikuti jalan orang-orang majusi. Mereka adalah orang-orang yang beriman dengan syareat akan tetapi mendustakan takdir Allah.

Ada di antara mereka yang mengingkari ilmu Allah dan mengatakan bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu kecuali setelah terjadinya. Dan ada diantara mereka yang mengingkari keumumamn masyiah Allah dan kecintaannya. Mereka berkata Allah yang mencipta manusia dan manusialah yang menciptakan amalannya sendiri.

Dan mereka berkata bahwa amalan manusia adalah dengan kehendak manusia semata dan tidak ada hubungan sama sekali dengan kehendak Allah sehingga mereka dinamakan dengan Al-Majusyiah karena orang-orang Majusi meyakini bahwa pencipta ada dua yaitu pencipta kebaikan dan pencipta keburukan.

Al-Musyriqiyah

Dan diantara aliran yang sesat di dalam masalah takdir adalah aliran Al-Musyriqiyah yaitu aliran yang mengikuti jalan orang-orang musyrikin. Mereka mengakui takdir Allah tetapi mengingkari syareat Allah dan tidak mengikutinya. Dinamakan Al-Musyriqiyah karena orang-orang musyrikin mengakui takdir Allah dan tidak mau mengikuti syareat Allah yang intinya adalah tauhid. Allah berfirman tentang mereka

سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ

"Akan berkata orang-orang musyrikin seandainya Allah menghendaki niscaya kita tidak akan berbuat syirik demikian pula bapak-bapak kami dan tentunya kami tidak akan mengharamkan sesuatu" (Q.S. Al Anám : 148)

Demikianlah ucapan orang-orang musyrikin ketika mereka diajak oleh rosulullah salallah álaihi wasalam untuk bertauhid mereka menolak tauhid dan beralasan bahwa kesyirikan mereka adalah dengan takdir Allah. Maka setiap orang yang berdalil dengan takdir dalam membolehkan kemaksyiatan pada hakekatnya dia telah mengikuti jalan orang-orang musyrikin.

Adapun ahlusunnah maka seperti yang sudah berlalu mereka beriman dengan takdir dan beriman dengan syareat

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Monday, January 20, 2020

Halaqah 11 ~ Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 03 Dari 03

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 11 ~ Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 03 Dari 03
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-11 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 03 Dari 03

Telah berlalu bahwa kebahagiaan dan kesengsaraan telah ditakdirkan, tempat seseorang di surga atau di neraka telah ditakdirkan dan seorang yang beriman sebagaimana dia diperintahkan mengambil sebab dalam perkara-perkara dunia maka dia juga diperintahkan mengambil sebab di dalam perkara-perkara akherat.

Seorang yang beriman diperintahkan mengambil sebab mendapatkan kebahagiaan di akherat dan mengambil sebab keselamatan dari adzab. Dan sebab mendapatkan kebahagiaan di akherat dan keselamatan dari adzab di akherat adalah beriman dengan syareat Allah dengan cara menjalankan perintah, menjauhi larangan, membenarkan kabar-kabar Allah azawazal, mengimani janji-janji pahala dan juga mengimani ancaman-ancaman terhadap dosa.

Allah subhanahu wataála berfirman

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

"Dan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh merekalah penduduk surga mereka kekal di dalamnya"(Q.S. Al-Baqoroh : 82)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ

"Itulah batasan-batasan Allah dan barang siapa yang mentaati Allah dan rosulnya, Allah akan memasukan dia ke dalam sorga yang mengalir di bawahnya sunga-sungai mereka kekal di dalamnya dan yang demikian adalah keberuntungan yang sangat besar, dan barang siaap yang bermaksiat kepada Allah dan rosulnya dan melanggar batasan-batasan Allah maka Allah memasukan dia ke dalam neraka kekal di dalamnya dan dia akan mendapatkan adzab yang menghinakan" (Q.S. An Nisa :13 - 14)

Para sahabat nabi salallahu álaihi wasalam ketika dikabarkan oleh nabi salallahu álaihi wasalam bahwa tidak ada sebuah jiwa kecuali telah diketahui tempatnya di dalam surga dan neraka mereka bertanya:

"wahai rosulullah untuk apa kita beramal mengapa kita tidak pasrah saja"

beliau salallahu álaihi wasalam menjawab dengan jawaban yang ringkas

"Tidak demikian akan tetapi beramalah kalian kerena masing-masing akan dimudahkan melakukan apa yang dia diciptakan untuknya" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Beliau salallahu álaihi wasalam juga bersabda

"Hendaklan engkau semangat melakukan apa yang bermanfaat untukmu dan memohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau merasa lemah" (H.R. Muslim)

Dari dalil-dalil di atas ita mengetahui bahwa seorang yang beriman diperintahkan untuk beriman dengan takdir Allah dan diperintahkan untuk beriman dengan syareat Allah

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Friday, January 17, 2020

Halaqah 10 ~ Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 02 Dari 03

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 10 ~ Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 02 Dari 03
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-10 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 02 Dari 03

Banyak sedikitnya keturunan sudah ditakdirkan oleh Allah azawazal tetapi bukan berarti seorang muslim menunggu tanpa usaha untuk mendapatkan keturunan bahkan dia diperintahkan untuk menikah sebagai sebab dan upaya mendapatkan keturunan.

Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Nikahilah wanita yang penyayang lagi subur karena sesungguhnya aku membanggakan banyaknya kalian di depan para umat yang lain" (H.R. Abu Dawud dan An Nasai dan hadits ini dishohihkan oleh syech Al-Albani Rohimahullah)

Sakit dan kesembuhan dari penyakit sudah ditakdirkan oleh Allah azawazal namun kita diperintahkan untuk menjauhi sebab terkena penyakit dan dieprintahkan pula untuk berobat apabila seseorang ditimpa sakit.

Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Sesungguhnya Allah azawazal ketika menciptakan penyakit dia juga menciptakan obatnya maka berobatlah kalian" (H.R. Ahmad dari Anas bin Malik Roduallahu anhu dan dihasankan oleh Syech Al-Albani rohimahullah)

dan beliau Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda tentang sikap seorang muslim terhadap Toun yaitu wabah penyakit yang merata yang terjadi di sebuah daerah

"Apabila kalian mendengar Thoun di sebuah daerah maka janganlah kalian datang kesana dan apabila terjadi di sebuah daerah sedangkan kalian berada di sana maka jangan kalian keluar dari daerah tersebut karena lari darinya" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Kematian dan juga musibah sudah ditakdirkan oleh Allah azawazal dan kita diperintahkan untuk mengambil sebab keselamatan. Dahulu rosulullah salallahu álaihi wasalam bersama keimanan beliau yang dalam tentang masalah takdir beliau berperang memakai baju perang, menggunakan senjata, mengatur siasat perang, mengatur pasukan, dan lain-lain. Dan ini semua menunjukkan bahwa selain kita diperintah beriman dengan takdir Allah kita juga diperintah untuk mengambil sebab yang diperbolehkan.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Thursday, January 16, 2020

Halaqah 09 ~ Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 01 Dari 03

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 09 ~ Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 01 Dari 03
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-09 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Beriman Dengan Takdir Dan Mengambil Sebab Bagian 01 Dari 03

Seorang yang beriman, selain diperintah untuk beriman dengan takdir Allah juga diperintah untuk mengambil sebab dan bertawakal kepada Allah subhanahu wataála dan tidak bertawakal kepada sebab tersebut. Rizki sudah ditakdirkan oleh Allah azawazal dan kita diperintahkan untuk mecari rizki yang halal.

Allah subhanahu wataála berfirman:

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Kemudian apabila sudah selesai sholat jumat maka hendaklah kalian menyebar di permukaan bumi dan carilah dari karunia Allah dan perbanyaklah di dalam mengingat Allah semoga kaian beruntung" (Q.S. Al-Jumuáh : 10)

Dan Allah berfirman:

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ

"Dan Allah telah menghalalkan jual beli" (Q.S. Al-Baqoroh : 275)

Dan di dalam sebuah hadits Rosulullah salallahu álaihiwasalam

"Sungguh salah seorang diantara kalian mencari satu ikat kayu bakar kemudian mengangkatnya di atas punggunnya lebih baik daripada dia meminta orang lain baik diberi atau tidak diberi" (H.R. Al Bukhari dan Muslim dari Abu Khurairah rodiallahu anhu)

Dan beliau salallahu álaihi wasalam bersabda

"Seandainya kalin benar-benar bertawakal kepada Allah niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana burung diberi rizki pagi-pagi mereka pergi dalam keadaan lapar dan datang di sore hari dalam keadaan kenyang" (H.R. At Tirmizi dan Ibnu Majah dan dishohehkan oleh Syech Al-Albani rohimahullah)

Dan burung di dalam mencari rizki tidak hanya berdiam diri dan berpangku tangan di sarangnya tapi ia pergi mencari sebab di dalam mendapatkan rizki tersebut. Dan dahulu para nabi álaihimussalam bekerja dan mereka adalah orang-orang yang beriman dengan takdir Allah.

Allah subhanahu wataála berfirman:

ا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ

"Dan kami tidaklah mengutus sebelumu seorang rosul kecuali mereka memakan makanan dan pergi ke pasar" (Q.S. Al-Furqon : 20)

Dari dalam sebuah hadits Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda

"Dahulu nabi Zakaria adalah seorang tukang kayu" (H.R. Muslim)

Dan Nabi Musa álaihisalam pernah bekerja sebagai seorang penggembala untuk orang yang sholeh dari Madyan selama beberapa tahun sebagaimana Allah subhanahu wataála sebutkan di dalam surat Al-Qoshos ayat 27

قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَىٰ أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ ۖ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ ۖ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ ۚ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ
Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik".

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wednesday, January 15, 2020

Halaqah 08 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 05 Dari 05

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 08 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 05 Dari 05
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-08 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 05 Dari 05

Diantara cara beriman dengan takdir Allah adalah dengan mengimani tingkatan takdir yang ke-4 yaitu

4. Penciptaan Allah terhadap sesuatu

Maksudnya Allah subhanahu wataála adalah pencipta segala sesuatu yang ada di langit maupun yang ada di bumi, sifat-sifatnya dan amalannya, menciptakan pelaku dan amalan yang dilakukan, menciptakan orang yang beriman dan keimanannya menciptakan orang yang kafir dan kekafirannya, meciptakan orang yang taat dan ketaatannya, menciptakan pelaku maksiat dan kemaksiatannya, menciptakan setiap yang bergerak dan gerakannya, dan setiap yang diam dan diamnya.

Tidak ada yang mencipta selain Allah azawazal. Dialah Al-Kholiq dan selainnya adalah makhluq. Allah subhanahu wataála berfirman:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

"Dan Allah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian kerjakan" (Q.S. Ashofat : 96)

Dan Allah berfirman:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ

"Allah yang menciptakan segala sesuatu" (Q.S. Az Zumar : 62)

Dan Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Sesungguhnya Allah, Dialah yang menciptakan setiap pelaku dan apa yang dia lakukan" (H.R. Al-Hakim di dalam Al-Mustadroq dan dishohihkan oleh syech Al-Albani rohimahullah)

Inilah 4 tingkatan takdir yang barangsiapa tidak beriman dengan salah satunya maka dia tidak beriman dengan Al-Qodho dan Al-Qodhar

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tuesday, January 14, 2020

Halaqah 07 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 04 Dari 05

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 07 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 04 Dari 05
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-07 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 04 Dari 05

Diantara cara beriman dengan takdir Allah adalah dengan mengimani tingkatan takdir yang ke-3 yaitu

3. Masyiatullah atau kehendak Allah

Dan yang dimaksud adalah beriman bahwa apa yang Allah kehendaki pasti terjadi dan apa yang tidak Allah kehendaki maka tidak akan terjadi. Dan apa yang ada di langit dan di bumi berupa bergeraknya sesuatu atau diamnya sesuatu maka dengan kehendak Allah dan tidak mungkin terjadi di kerajaan Allah subhanahu wataála apa yang tidak dikehendakinya.

Diantara dalilnya dari Al-Quran adalah firman Allah 

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

"Sesungguhnya perkara Allah apabila menginginkan sesuatu adalah mengatakan jadilah, maka jadilah dia" (Q.S. Yasin : 82)

Dan Allah berfirman 

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا

"Dan seandainya Robmu menghendaki niscaya akan beriman seluruh yang ada di bumi" (Q.S. Yunus : 99)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ

"Katakanlah ya Allah yang memiliki kerajaan, Engkau memberi kekuasaan kepada siapa yang engkau kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang engkau kehendaki, dan engkau memuliakan siapa yang engkau kehendaki dan menghinakan siapa yang engkau kehendaki" (Q.S. Ali Imron : 26)

Dan Allah berfirman:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

"Dan tidaklah kalian menginginkan kecuali dengan kehendak Allah Rob semesta alam" (Q.S. At Takwir : 29)

Adapun dari Assunnah maka rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda 

"Janganlah salah seorang dari kalian mengatakan ýa Allah ampunilah aku jika engkau menghendaki sayangilah aku jika engkau menghendaki berilah aku rejeki apabila engkau menghendaki, maka hendaklah dia menguatkan permintaannya karena Allah melakukan apa yang dia kehendaki tidak ada yang memaksanya" (H.R. Al-Bukhari)

Berkata al Imam Asy-Syafií rohimahullah 

"Apa yang engkau kehendaki ya Allah terjadi meskipun aku tidak menghendakinya dan apa yang aku kehendaki kalau engkau tidak menghendakinya maka tidak akan terjadi" Atsar ini dikeluarkan oleh Aladzikai di dalam kitab beliau Syahru Usuli I'tiqodihi Ahlisunnati Wal Jamaah minal Kitabi wa sunnah waijmai shohabah, Jilid yang ke 04 halaman 702.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Monday, January 13, 2020

Halaqah 06 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 03 Dari 05

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 06 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 03 Dari 05
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-06 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 03 Dari 05

Selain beriman dengan penulisan takdir azali yang mencakup seluruh perkara maka para ulama menyebutkan bahwa termasuk beriman dengan penulisan takdir adalah beriman dengan beberapa jenis penulisan takdir yang lain yang merupakan bagian dari penulisan takdir azali 

1. Takdir Umri

yaitu penulisan takdir seseorang diawal umurnya ketika di dalam rahim ibunya. Ditulis rizki, ajal, amalan, kesengsaranaan dia, dan kebahagiaannya.

Dalilnya adalah hadits Abdullah Ibnu Masúd rodiallahu anhu, Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama 40 hari kemudian di dalamnya sebagai segumpal darah selama 40 hari kemudian di dalamnya sebagai segumpal daging selama 40 hari kemudian diutus seorang malaikat kemudian meniup nyawa di dalamnya dan diperintahkan dengan 4 kalimat yaitu menulis rezekinya, ajalnya, amalannya, dan apakah dia sengsara atau orang yang bahagia" (H.R. Al Bukhari dan Muslim)

2. Takdir Hauli

yaitu takdir khusus kejadian selama 1 tahun, ditentukan di malam lailatul qodar.

Allah subhanahu wataála berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

"Sesungguhnya kami telah turunkan Al-Quran pada malam yang berbarokah sesungguhnya kami memberikan peringatan di dalamnya dipisahkan seluruh perkara yang kokoh" (Q.S. Ad dukhan : 3-4)

3. Takdir Yaumi

yaitu pelaksanaan apa yang sudah ditulis pada waktu yang sudah ditentukan. 

Dalilnya adalah firman Allah 

كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

"Setiap hari Dia yaitu Allah dalam sebuah urusan" (Q.S. Ar Rahman : 29)

Diantara urusan Allah adalah mengampuni dosa, menciptakan, melenyapkan, menghidupkan, mematikan, memuliakan dan menghinakan, memberi dan menahan, dan lain-lain. 

Dan perlu diketahui bahwa takdir yaumi, hauli dan umri tidak keluar dari apa yang sudah tertulis di dalam takdir azali

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Friday, January 10, 2020

Halaqah 05 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 05

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 05 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 05
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-05 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 05

2. Penulisan Allah terhadap seluruh takdir makhluqnya di dalam Al-Lauhul Mahfudz

Maka tidaklah terjadi sesuatu di alam ini kecuali Allah telah menulisnya di dalam kitab tersebut, tidak mungkin apa yang terjadi di alam ini keluar dari apa yang sudah Allah tuliskan.

Dalil-dalil tentang beriman dengan penulisan Allah terhadap takdir di dalam Al-Lauhul Mahfudz dari Al-Quran diantaranya adalah firman Allah azawazal 

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
"Dan kami telah menulis di dalam kitab-kitab yang kami turunkan setelah sebelumnya ditulis di dalam adzikr bahwa bumi ini diwarisi oleh hamba-hambaku yang sholeh" (Q.S. Al-Anbiya : 105)

Adzikr adalah nama lain dari Al-Lauhul Mahfudz.

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

"Sesungguhnya kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan kamilah yang menulis apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas mereka dan segala sesuatu kami Ihsho di dalam kitab yang jelas" (Q.S. Yasin : 12)

Makna Ihsho dinataranya Allah mengetahuinya, menjaganya, menetapkannya di dalam kitab tersebut. Dan yang dimaksud dengan kitab yang jelas adalah Al-Lauhul Mahfudz.

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Bukankah kamu megnetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi sesungguhnya yang demikian ada di dalam kitab sesungguhnya yang demikian sangat mudah abgi Allah" (Q.S. Al-Haj : 70)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman

مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ

"Kami tidak lupakan sesuatupun di dalam Al-Lauhul Mahfudz" (Q.S. Al-Anám : 38)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

"Dan tidak terlepas dari pengetahuan Allah sesuatu sebesar semut kecil pun baik di bumi maupun di langit baik yang lebih kecil daripada itu atau lebih besar kecuali di dalam kitab yang jelas" (Q.S. Yunus : 61)

Adapun dari sunnah, maka rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda

"Allah menulis takdir-takdir bagi para makhluqnya 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi" (H.R. Muslim)

Dan rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Dan Allah menulis di dalam Adzikr yaitu di dalam Al-Lauhul Mahfudz segala sesuatu" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan beliau salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Tidak ada diantara kalian kecuali sudah ditulis tempatnya di dalam neraka dan tempatnya di dalam surga" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Halaqah 05 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 05

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 05 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 05
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-05 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 05

2. Penulisan Allah terhadap seluruh takdir makhluqnya di dalam Al-Lauhul Mahfudz

Maka tidaklah terjadi sesuatu di alam ini kecuali Allah telah menulisnya di dalam kitab tersebut, tidak mungkin apa yang terjadi di alam ini keluar dari apa yang sudah Allah tuliskan.

Dalil-dalil tentang beriman dengan penulisan Allah terhadap takdir di dalam Al-Lauhul Mahfudz dari Al-Quran diantaranya adalah firman Allah azawazal 

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ
"Dan kami telah menulis di dalam kitab-kitab yang kami turunkan setelah sebelumnya ditulis di dalam adzikr bahwa bumi ini diwarisi oleh hamba-hambaku yang sholeh" (Q.S. Al-Anbiya : 105)

Adzikr adalah nama lain dari Al-Lauhul Mahfudz.

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

"Sesungguhnya kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati dan kamilah yang menulis apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas mereka dan segala sesuatu kami Ihsho di dalam kitab yang jelas" (Q.S. Yasin : 12)

Makna Ihsho dinataranya Allah mengetahuinya, menjaganya, menetapkannya di dalam kitab tersebut. Dan yang dimaksud dengan kitab yang jelas adalah Al-Lauhul Mahfudz.

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
"Bukankah kamu megnetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi sesungguhnya yang demikian ada di dalam kitab sesungguhnya yang demikian sangat mudah bagi Allah" (Q.S. Al-Haj : 70)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman

مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ

"Kami tidak lupakan sesuatu pun di dalam Al-Lauhul Mahfudz" (Q.S. Al-Anám : 38)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman:

وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَلَا أَصْغَرَ مِنْ ذَٰلِكَ وَلَا أَكْبَرَ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

"Dan tidak terlepas dari pengetahuan Allah sesuatu sebesar semut kecil pun baik di bumi maupun di langit baik yang lebih kecil daripada itu atau lebih besar kecuali di dalam kitab yang jelas" (Q.S. Yunus : 61)

Adapun dari sunnah, maka rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda

"Allah menulis takdir-takdir bagi para makhluqnya 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi" (H.R. Muslim)

Dan rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Dan Allah menulis di dalam Adzikr yaitu di dalam Al-Lauhul Mahfudz segala sesuatu" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan beliau salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Tidak ada diantara kalian kecuali sudah ditulis tempatnya di dalam neraka dan tempatnya di dalam surga" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Thursday, January 9, 2020

Halaqah 04 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 01 Dari 05

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 04 ~ Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 01 Dari 05
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-04 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Cara Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 01 Dari 05

Cara beriman dengan takdir Allah adalah dengan mengimani marotibul qodar atau tingkatan-tingkatan takdir yang jumlahnya ada empat

1. Ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu yang ada dan yang tidak ada yang mungkin terjadi dan yang tidak mungkin terjadi. 

Allah subhanahu wataála mengetahui yang ada di langit maupun yang ada di bumi, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Allah subhanahu wataála berfirman:

وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu" (Q.S. Al-Baqoroh : 282)

Dan Allah berfirman

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

"Dan di sisinya kunci-kunci ilmu goib tidak mengetahuinya kecuali Dia dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan lautan dan tidaklah jatuh sebuah daun kecuali Allah mengetahuinya dan tidak ada satu biji di kegelapan-kegelapan bumi dan tidak ada sesuatu yang basah maupun kering kecuali semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata (yaitu di al lauhul mahfud)" (Q.S. Al-An ám : 59)

Allah mengetahui yang sudah terjadi yang sedang terjadi dan yang akan terjadi bahkan Allah mengetahui apa yang tidak terjadi seandainya terjadi bagaimana kejadiannya. Allah berfirman

وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

"Dan seandainya mereka (yaitu orang-orang kafir) dikembalikan ke dunia niscaya mereka akan kembali melakukan apa yang mereka sudah dilarang darinya dan sesungguhnya mereka adalah berdusta" (Q.S. Al-An 'am : 28)

Yaitu seandainya orang-orang kafir yang diadzab di dalam nereka yang meminta supaya dikembalikan ke dunia untuk beriman dan beramal dikabulkan permintaan mereka untuk kembali ke dunia niscaya mereka akan kafir kembali.

Dan Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh makhluq sebelum Allah menciptakan mereka. Mengetahui rejeki, ajal, dan amalan mereka, bergerak dan diamnya mereka, kesengsaraan dan kebahagiaan mereka, bahkan Allah mengetahui siapa diantara mereka yang kelak akan masuk ke dalam surga dan siapa yang akan masuk ke dalam neraka sebelum Allah menciptakan mereka bahkan sebelum mereka diciptakan Allah mengetahui siapa diantara mereka yang kelak akan masuk surga dan siapa diantara mereka yang kelak akan masuk neraka.

Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda di dalam hadits Ibnu Abbas rodiallau anhuma ketika nabi salallahu álaihi wasalam ditanya tentang anak-anak orang-orang musyrikin, beliau mengatakan

"Allah lebih tahu tentang apa yang akan mereka amalkan" (H.R. Bukhari dan Muslim)

Dan beliau salallahu álaihi wasalam bersabda

"Tidak ada sebuah jiwa kecuali telah diketahui tempatnya di dalam surga dan neraka" (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)

Kewajiban seorang muslim adalah berbaik sangka kepada Allah yang telah memberikan hidayah kepada agama Islam ini dan sunnah rosulullah salallahu 'alaihi wasalam kemudian istiqomah dalam beriman dan beramal sholeh sampai dia meninggal dunia.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh


Wednesday, January 8, 2020

Halaqah 03 ~ Kedudukan Iman Dengan Takdir Di Dalam Agama Islam

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 03 ~ Kedudukan Iman Dengan Takdir Di Dalam Agama Islam
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-03 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Kedudukan Iman Dengan Takdir Di Dalam Agama Islam

Iman dengan takdir Allah memiliki kedudukan yang tinggi di dalam agama Islam. Diantara yang menunjukkan ketinggian kedudukannya :

1. Beriman dengan takdir termasuk diantara enam rukun Iman yang harus diimani dan pokok aqidah yang harus diyakini yang tidak sah iman seorang hamba tanpanya

2. Beriman yang benar dengan takdir Allah yang mencakup beriman dengan ilmu Allah, penulisannya, kehendaknya, dan penciptaannya termasuk bagian dari mentauhidkan Allah di dalam rububiyah dan sifat-sifatnya, karena Al-Qodho atau memutuskan dan Al-Qodar atau menentukan adalah termasuk pekerjaan Allah dan pekerjaan Allah adalah termasuk sifat-sifatnya. Barang siapa yang tidak beriman dengan takdir maka dia bukan seseorang yang mengesakan Allah di dalam rububiyahnya dan ini membawa pengaruh buruk pada tauhid uluhiyahnya. Adapun orang yang beriman dengan Al-Qodho dan Al-Qodar maka akan terjaga tauhid rububyahnya dan uluhiyahnya. 

Berkata Abdullah Ibnu Abbas rodiallahu anhuma

"Takdir adalah aturan tauhid barang siapa mengesakan Allah dan beriman dengan takdir maka inilah tali yang kuat yang tidak akan terlepas dan barang siapa mentauhidkan Allah dan mendustakan takdir maka dia telah melepaskan tauhidnya" Atsar ini dikeluarkan oleh Alstriani di dalam kitab beliau Al-Qodar halaman 143. 

Yang dimaksud dengan takdir adalah aturan tauhid yaitu beriman dengan takdir menjadikan teratur dan lurus tauhid seseorang

3. Beriman dengan takdir Allah adalah beriman dengan qudrotullah atau kemampuan Allah. Barang siapa yang tidak beriman dengan takdir berarti dia tidak beriman dengan qudrotullah.

Berkata Zaid Ibnu Aslam

"Takdir adalah kemampuan Allah azawazal, barang siapa yang mendustakan takdir maka dia telah mengingkari kemampuan Allah azawazal" Atsar ini dikeluarkan oleh Alstriani di dalam kitab beliau Al-Qodar halaman 144. 

4. Beriman dengan takdir berkaitan dengan hikmah Allah, Ilmunya, kehendaknya, dan penciptaannya. Maka barangsiapa yang mengingkari takdir berarti dia telah mengingkari ilmu Allah, kehendaknya, dan penciptanaanya.

5. Beriman yang benar dengan takdir Allah akan membuahkan kebaikan yang banyak dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat sebagaimana akan datang penyebutannya di halaqah-halaqah yang terakhir dari silsilah ini dan kebodohan tentang beriman dengan takdir ataupun kesalahpahaman menyebabkan berbagai penyimpangan dan kesengsaraan di dunia dan akherat.

6. Beriman dengan takdir adalah aqidah seluruh para nabi dan para pengikut mereka. Allah berfirman tentang nabi Nuh álaihisalam

قَالَ إِنَّمَا يَأْتِيكُمْ بِهِ اللَّهُ إِنْ شَاءَ

"Nuh berkata sesungguhnya Allah lah yang akan mendatangkan tanda kekuasaannya apabila dia menghendaki" (Q.S. Hud : 33)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman tentang nabi Ismail álaihisalam

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

"Ismail berkata wahai bapakku kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadmu niscaya engkau akan mendapatkan diriku termasuk orang-orang yang sabar apabila Allah menghendaki" (Q.S. Asoofat : 102)

Dan Allah berfirman tentang nabi Musa álaihisalam 

قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ أَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِيَّايَ

"Musa berkata wahai Robku seandainya engkau menghendaki niscaya engkau telah menghancurkan mereka dan diriku sebelum ini" (Q.S. Al-A'raf : 155)

Tiga ayat di atas menunjukkan keimanan para nabi alaihimusalam terhadap takdir Allah azawazal

8. Takdir berkaitan langsung dengan kehidupan manusia setiap harinya seperti sehat, sakit, kaya, miskin, kuat, lemah, bahagia, sengsara, nikmat, adzab, hidayah, kesesatan, dan lain-lain

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tuesday, January 7, 2020

Halaqah 02 ~ Dalil Wajibnya Beriman Dengan Takdir Allāh

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 02 ~ Dalil Wajibnya Beriman Dengan Takdir Allāh
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-02 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Dalil Wajibnya Beriman Dengan Takdir Allāh.

Beriman dengan takdir Allah yang baik dan yang buruk adalah termasuk salah satu diantara enam rukun iman yang harus diimani dan telah tetap kewajibannya di dalam Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma. 

Dari Al-Quran, Allah subhanahu wataála berfirman:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

"Sesungguhnya kami telah menciptakan segala sesuatu dengan ketentuan" (Q.S. Al-Qomar : 49)

dan Allah berfirman:

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

"Dan Dia menciptakan segala sesuatu maka diapun menentukan dengan sebenar-benar penentuan" (Q.S. Al-Furqon : 02)

dan Allah subhanahu wataála berfirman:

وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا

"Dan perkara Allah adalah ketentuan yang sudah ditakdirkan" (Q.S. Al-Ahjab: 38)

Adapun dari Assunnnah maka Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda ketika ditanya oleh malaikat Jibril álaihi salam tentang iman

"Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rosul-rosulnya, hari akhir dan engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk" (H.R. Muslim)

dan beliau salallahu álaihi wasalam bersabda

"Segala sesuatu dengan takdir sampai ketidakmampuan dan kecerdasan" (H.R. Muslim)

Adapun dari Ijma maka kaum muslimin telah bersepakat atas wajibnya beriman dengan takdir Allah dan bahwasannya orang yang mengingkari takdir Allah maka dia telah keluar dari agama Islam. Berkata Abdullah ibnu Umar rodiallahu anhuma ketika mendengar tentang munculnya orang-orang yang mengingkari takdir dan bahwasannya kejadian terjadi dengan sendirinya tanpa takdir

"Apabila kamu bertemu dengan mereka maka kabarkanlah kepada mereka bahwa aku (yaitu Abdullah ibnu Umar) berlepas diri dari mereka dan merekapun berlepas diri dariku, Demi dzat yang Abdullah ibnu Umar bersumpah dengan-Nya seandainya salah seorang dari mereka memiliki emas sebesar gunung uhud kemudian menginfaqannya maka Allah tidak akan menerima darinya sampai dia beriman dengan takdir" atsar ini diriwayatkan oleh imam Muslim di dalam sohihnya.

Yang demikian karena Allah tidak menerima amalan orang yang kafir dan termasuk kekufuran apabila seseorang mengingkari takdir Allah azawazal. Berkata Al-Imam An-Nawawi rohimahullah

"Telah banyak dalil-dalil yang jelas tetapnya yang saling menguatkan dari Al-Quran, assunnah, dan ijma sahabat dan para ahlul halli wal aqdi yaitu orang-orang yang punya wewenang dari tokoh-tokoh kaum muslimin dari kalangan salaf dan kholaf yang menunjukkan atas penetapan takdir Allah subhanahu wataála" Al Minhaj sarah sohih muslim ibnul hajat Jilid 1 halaman 155

Dan berkata Ibnu hajar rohimahullah 

"dan Madzhab seluruh salaf bahwa perkara-perkara semuanya dengan takdir Allah taála " Fathul bari Jilid ke 11 halaman 478

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Monday, January 6, 2020

Halaqah 01 ~ Pengertian Al-Qadha Dan Al-Qadar

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 01 ~ Pengertian Al-Qadha Dan Al-Qadar
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.


Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang pertama dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Pengertian Al-Qodho dan A-Qodar.

Al-Qadha dan Al-Qodar adalah dua kata yang apabila berdampingan maka masing-masing memiliki makna tersendiri. Al-Qadha secara bahasa diantara maknanya adalah memutuskan, menyelesaikan, menyempurnakan, dan mewajibkan.

Allah berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ

"Dan Robmu mewajibkan supaya kalian tidak menyembah kecuali kepadanya" (Q.S. A-Isro : 23)

dan Allah berfirman:

وَاللَّهُ يَقْضِي بِالْحَقِّ

"Dan Allah memutuskan dengan benar" (Q.S. Gofir : 20)

dan Allah berfirman:

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا

"Maka apabila kalian menyelesaikan manasik haji kalian hendaklah kalian mengingat Allah seperti kalian mengingat bapak-bapak kalian atau lebih banyak" (Q.S. Al-Baqoroh : 200)

Adapun secara syareat yang dimaksud dengan Al-Qodho adalah apa yang Allah putuskan pada makhluqnya baik berupa pengadaan, peniadaan atau perubahan sesuai dengan qodar atau ketentuan Allah sebelumnya

Al-Qodar secara bahasa adalah menentukan adapun secara syareat maka Al-Qodar adalah apa yang sejak dahulu atau azali sudah Allah tentukan akan terjadi. Dengan demikian, Al-Qodar lebih dahulu daripada Al-Qodho karena Al-Qodar adalah ketentuan Allah sejak azali sedangkan Al-Qodho adalah keputusan Allah setelah itu berupa pengadaan atau peniadaan atau pengubahan. Dan keduanya saling melajimi tidak bisa dipisah satu dengan yang lain apa yang Allah tentukan akan dia putuskan dan apa yang menjadi keputusan Allah maka itulah yang Dia tentukan sebelumnya.

Namun apabila kata Al-Qodho atau Al-Qodar datang sendiri dalam sebuah kalimat maka maknanya mencakup makna kata yang lain. Al-Qodho adalah ketentuan Allah sejak dahulu dan keputusannya demikian pula Al-Qodhar adalah ketentuan Allah sejak dahulu dan keputusannya

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh