Wednesday, January 8, 2020

Halaqah 03 ~ Kedudukan Iman Dengan Takdir Di Dalam Agama Islam

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 03 ~ Kedudukan Iman Dengan Takdir Di Dalam Agama Islam
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-03 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Kedudukan Iman Dengan Takdir Di Dalam Agama Islam

Iman dengan takdir Allah memiliki kedudukan yang tinggi di dalam agama Islam. Diantara yang menunjukkan ketinggian kedudukannya :

1. Beriman dengan takdir termasuk diantara enam rukun Iman yang harus diimani dan pokok aqidah yang harus diyakini yang tidak sah iman seorang hamba tanpanya

2. Beriman yang benar dengan takdir Allah yang mencakup beriman dengan ilmu Allah, penulisannya, kehendaknya, dan penciptaannya termasuk bagian dari mentauhidkan Allah di dalam rububiyah dan sifat-sifatnya, karena Al-Qodho atau memutuskan dan Al-Qodar atau menentukan adalah termasuk pekerjaan Allah dan pekerjaan Allah adalah termasuk sifat-sifatnya. Barang siapa yang tidak beriman dengan takdir maka dia bukan seseorang yang mengesakan Allah di dalam rububiyahnya dan ini membawa pengaruh buruk pada tauhid uluhiyahnya. Adapun orang yang beriman dengan Al-Qodho dan Al-Qodar maka akan terjaga tauhid rububyahnya dan uluhiyahnya. 

Berkata Abdullah Ibnu Abbas rodiallahu anhuma

"Takdir adalah aturan tauhid barang siapa mengesakan Allah dan beriman dengan takdir maka inilah tali yang kuat yang tidak akan terlepas dan barang siapa mentauhidkan Allah dan mendustakan takdir maka dia telah melepaskan tauhidnya" Atsar ini dikeluarkan oleh Alstriani di dalam kitab beliau Al-Qodar halaman 143. 

Yang dimaksud dengan takdir adalah aturan tauhid yaitu beriman dengan takdir menjadikan teratur dan lurus tauhid seseorang

3. Beriman dengan takdir Allah adalah beriman dengan qudrotullah atau kemampuan Allah. Barang siapa yang tidak beriman dengan takdir berarti dia tidak beriman dengan qudrotullah.

Berkata Zaid Ibnu Aslam

"Takdir adalah kemampuan Allah azawazal, barang siapa yang mendustakan takdir maka dia telah mengingkari kemampuan Allah azawazal" Atsar ini dikeluarkan oleh Alstriani di dalam kitab beliau Al-Qodar halaman 144. 

4. Beriman dengan takdir berkaitan dengan hikmah Allah, Ilmunya, kehendaknya, dan penciptaannya. Maka barangsiapa yang mengingkari takdir berarti dia telah mengingkari ilmu Allah, kehendaknya, dan penciptanaanya.

5. Beriman yang benar dengan takdir Allah akan membuahkan kebaikan yang banyak dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat sebagaimana akan datang penyebutannya di halaqah-halaqah yang terakhir dari silsilah ini dan kebodohan tentang beriman dengan takdir ataupun kesalahpahaman menyebabkan berbagai penyimpangan dan kesengsaraan di dunia dan akherat.

6. Beriman dengan takdir adalah aqidah seluruh para nabi dan para pengikut mereka. Allah berfirman tentang nabi Nuh álaihisalam

قَالَ إِنَّمَا يَأْتِيكُمْ بِهِ اللَّهُ إِنْ شَاءَ

"Nuh berkata sesungguhnya Allah lah yang akan mendatangkan tanda kekuasaannya apabila dia menghendaki" (Q.S. Hud : 33)

Dan Allah subhanahu wataála berfirman tentang nabi Ismail álaihisalam

قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

"Ismail berkata wahai bapakku kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepadmu niscaya engkau akan mendapatkan diriku termasuk orang-orang yang sabar apabila Allah menghendaki" (Q.S. Asoofat : 102)

Dan Allah berfirman tentang nabi Musa álaihisalam 

قَالَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ أَهْلَكْتَهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِيَّايَ

"Musa berkata wahai Robku seandainya engkau menghendaki niscaya engkau telah menghancurkan mereka dan diriku sebelum ini" (Q.S. Al-A'raf : 155)

Tiga ayat di atas menunjukkan keimanan para nabi alaihimusalam terhadap takdir Allah azawazal

8. Takdir berkaitan langsung dengan kehidupan manusia setiap harinya seperti sehat, sakit, kaya, miskin, kuat, lemah, bahagia, sengsara, nikmat, adzab, hidayah, kesesatan, dan lain-lain

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya 

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

No comments:

Post a Comment