Wednesday, February 12, 2020

Resume Beriman Dengan Qadah dan Qodar

Halaqah 01

Al-Qadha dan Al-Qodar adalah dua kata yang apabila berdampingan maka masing-masing memiliki makna tersendiri. Al-Qadha secara bahasa diantara maknanya adalah memutuskanmenyelesaikanmenyempurnakan, dan mewajibkan.

Allah berfirman:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ

"Dan Robmu mewajibkan supaya kalian tidak menyembah kecuali kepadanya" (Q.S. A-Isro : 23)

dan Allah berfirman:

Friday, February 7, 2020

Halaqah 25 ~ Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 03 Dari 03

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 25 ~ Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 03 Dari 03
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-25 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 03 Dari 03

16. Berbaik sangka kepada Allah. Ketika melihat dirinya diberi hidayah kepada tauhid, sunnah dan ketaatan, maka dia berbaik sangka kepada Allah bahwa Allah menghendaki pada dirinya kebaikan dan ingin memudahkan dia masuk ke dalam surganya

17. Menimbulkan rasa takut di dalam seodarang hamba dari su'ul khotimah sehingga dia tidak tertipu dengan amal sholehnya karena dia tidak tahu dengan apa Allah akan menakdirkan akhir amalannya.

18. Menimbulkan sifat tidak suka merendahkan orang lain dan menghinakan orang lain yang terjerumus kedalam kemaksiatan karena dia tidak tahu dengan apa Allah akan menakdirkan akhir dari amalan orang tersebut.

19. Memerdekakan akal dan juga diri dari khurofat dan tathoyur dan dia meyakini bahwa segala sesuatu tidak terlepas dari takdir Allah tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allah dan tidak ada yang menolak kejelekan kecuali Allah

20. Menjadikan seseorang rendah hati dan tidak sombong ketika diberikan rejeki oleh Allah baik berupa harta, kedudukan maupun ilmu dan lain-lain, karena ini semua datang dari Allah dan dengan takdir Allah dan kalau Allah menghendaki Allah akan mengambilnya dari kita sewaktu-waktu

21. Membawa ketenangan di dalam hati dan ketenraman jiwa karena ketika tertimpa musibah dia merasa itu yang terbaik dan pasti ada hikmahnya dan dia mengetahui bahwa orang yang ridho maka Allah akan ridho kepadanya sehingga dia tidak cemas dan gelisah dan tidak berangan-angan dan berandai-andai

Akhirnya semoga Allah subhanahu wataála menjadikan kita termasuk orang yang beriman dengan takdir Allah yang baik mupun yang buruk dan semoga Allah subhanahu wataála memberikan karunia kepada kita semua sehingga kita bisa merasakan buah-buah yang baik dari beriman dengan takdir dan sesungguhnya Allah mengabulkan doa

Allahamdulillah binikamtihi tatimusholihat

Demikianlah yang bisa saya sampaikan di dalam silsilah beriman dengan takdir Allah dan sampai bertemu kembali pada silsilah ilmiah selanjutnya yaitu silsilah siroh nabawiiyah

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Thursday, February 6, 2020

Halaqah 24 ~ Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 03

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 24 ~ Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 03
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-24 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 02 Dari 03

9. Beriman dengan takdir membuahkan semangat yang tinggi di dalam melakukan kebaikan yang berkaitan dengan agama seperti ibadah, menuntut ilmu, berdakwah dan lain-lain.

Orang yang beriman denagn takdir Allah tidak takut celaan orang yang mencela ketika berdakwah, tidak terlalu hancur hatinya ketika melihat orang yang tidak menerima dakwahnya dan dia tidak pamer atau bangga diri ketika melihat orang yang mendapatkan hidayah dengan sebab dirinya karena semua itu sudah ditakdirkan oleh Allah ajawajal.

10. Beriman dengan takdir juga membuahkan semangat yang tinggi di dalam berbuat kebaikan yang berkaitan dengan dunia seperti bekerja yang halal, melakukan aktivitas, yang diperbolehkan dan bermanfaat dan lain-lain. Dan dia tidak mudah menyesal dan berputus asa ketika menghadapi musibah yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.

11. Beriman dengan takdir membuahkan ridho terhadap hukum-hukum Allah baik yang berupa hukum-hukum syareat maupun hukum-hukum kauniyah.

12. Beriman dengan takdir membuahkan kebahagiaan dan menghilangkan kesedihan karena dia mengetahui dan yakin bahwa Allah memilih yang terbaik baginya di dalam urusan dunia, agama, dan akhir dari perkaranya. Allah subhanahu wataála berfirman:

"Dan mungkin saja kalian membenci sesuatu dan dia adalah baik bagi kalian dan mungkin saja kalian mencintai sesuatu dan dia adalah jelek bagi kalian dan Allah dialah yang mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui" (Q.S. Al-Baqoroh : 216)

13. Beriman dengan takdir membuahkan keistiqomahan di atas jalan yang lurus baik dalam keadaan mendapatkan nikmat atau tertimpa musibah karena dia akan bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan akan bersabar ketika dia terkena musibah

14. Tidak putus asa dari pertolongan Allah bagaimanapun besarnya fitnah dan banyaknya ujian karena dia yakin bahwa akhir yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa dan ini adalah ketentuan Allah yang sudah Allah tentukan. Allah berfirman:

"Dialah yang telah mengutus rosulnya dengan petunjuk dan agama yang benar untuk menampakkan agama tersebut di atas seluruh agama dan cukuplah Allah sebagai saksi" (Q.S. Al-Fath : 28)

Dan Allah mengatakan :

"Sesungguhnya kami akan menolong rosul-rosul kami dan orang-orang yang beriman di kehidupan dunia dan ketika bangkit para saksi" (Q.S. Gofir : 51)

15. Menjadikan di dalam diri seorang hamba qonaah atau merasa cukup dengan pemberian Allah ajawajal, tidak rakus terhadap dunia dan tidak meminta-minta kepada orang lain karena dia meyakini bahwa rejeki sudah tertulis dan tidak mungkin orang lain bisa menyampaikan kepadanya sebuah rejeki kecuali apa yang sudah Allah tulis sebelumnya

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Wednesday, February 5, 2020

Halaqah 23 ~ Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 01 Dari 03

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 23 ~ Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 01 Dari 03
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-23 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Buah Beriman Dengan Takdir Allāh Bagian 01 Dari 03

Diantara buah beriman dengan takdir Allah ajawajal

1. Beriman dengan takdir adalah sebab seseorang merasakan lejatnya iman

Berkata Ubadah Ibnu Shomid kepada putranya

"Wahai anakku sesungguhnya engkau tidak akan merasakan lejatnya hakekat keimanan sampai engkau meyakini bahwa apa yang menimpamu tidak akan luput darimu dan apa yang luput darimu tidak akan menimpamu" (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

2. Beriman dengan takdir membuahkan keberanian, keyakinan tawakal dan bergantung hanya kepada Allah, karena dia meyakini bahwa tidak akan menimpa dia kecuali apa yang sudah Allah tulis. Allah berfirman:

"Katakanlah tidak akan menimpa kami kecuali apa yang sudah Allah tentukan untuk kami dialah penolong kami dan hanya kepada Allah lah orang-orang beriman bertawakal" (Q.S. At Taubah : 51)

3. Beriman dengan takdir membuahkan akhlaq yang mulia seperti kedermawanan karena apabila seseorang mengetahui bahwa kekayaan dan kemiskinan dengan takdir Allah dia tidak akan takut berinfaq fisabilillah

4. Beriman dengan takdir membuahkan rasa syukur ketika mendapatkan nikmat, menyandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah karena dialah yang mentakdirkan. Allah subhanahu wataála berfirman

"Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian maka itu adalah dari Allah" (Q.S. An Nahl : 53)

5. Beriman dengan takdir membuahkan petunjuk dan kesabaran ketika mendapatkan musibah. Allab berfirman:

"Musibah apa saja yang menimpa baik di bumi maupun pada diri-diri kalian kecuali sudah ditulis di dalam sebuah kitab sebelum kami menjadikannya, sesungguhnya yang demikian adalah sangat mudah bagi Allah" (Q.S. Al Hadid : 22)

6. Semakin kuat keimanan seseorang dengan takdir Allah maka akan semakin kuat tauhidnya karena iman dengan takdir adalah bagian dari iman dengan rububiyah Allah yang konsekuensinya adalah tauhid uluhiyah

7. Beriman dengan takdir membuahkan keikhlasan dan terjauh dari riya karena orang yang beriman dengan takdir mengetahui bahwa Allah telah menentukan segalanya dan menyadari bahwa mencari pahala dari manusia tidak akan memberikan manfaat

8. Beriman dengan takdir menghilangkan rasa dengaki antar sesama muslim karena dia manyadari bahwa rezeki sudah diatur dan dibagi oleh Allah dengan hikmah yang dalam lalu untuk apa seseorang dengki dan iri

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tuesday, February 4, 2020

Halaqah 22 ~ Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Hidayatut Taufiq Dan Penyesatan

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 22 ~ Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Hidayatut Taufiq Dan Penyesatan
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-22 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Aliran Yang Menyimpang Di Dalam Masalah Hidayatut Taufiq Dan Penyesatan

Telah menyimpang di dalam masalah ini dua aliran, yaitu Al-Qodariyah dan Al-Jabriyyah. Adapun Al-Qodariyyah maka mereka meyakini bahwa Allah bukanlah yang memberikan hidayah taufiq dan Allah bukanlah yang menyesatkan. Dan mereka mengatakan bahwa makna Allah memberikan hidayah yang datang di dalam dalil seperti di dalam firman Allah:

وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

"Akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki" (Q.S. Al Qosos : 56)

adalah panamaan orang tersebut dengan orang yang mendapatkan hidayah.

Dan mereka mengatakan bahwa maksud Allah menyesatkan seperti yang datang di dalam firman Allah ajawajal

كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ

"Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang dia kehendaki" (Q.S. Al-Mudatsir : 31)

adalah penamaan orang tersebut dengan orang yang sesat.

Dan ini tentunya bertentangan dengan dalil-dalil yang telah berlalu yang menunjukkan bahwa Allah dialah yang memberikan hidayah taufiq dan dialah yang menyesatkan.

Demikian pula Allah subhanahu wataála telah menjadikan hidayah yang Allah berikan kepada seorang hamba sebagai sebuah karunia dan anugrah, sebagaimana firman Allah:

بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ

"Akan tetapi Allah memberikan anugrah kepada kalian dengan memberikan hidayah kepada keimanan" (Q.S. Al Hujurot : 17)

Seandainya maksud Allah memberikan hidayah adalah hanya penamaan pelakunya dengan orang yang mendapatkan hidayah maka ini tidak dinamakan dengan karunia dan anugrah karena seandainya ini adalah karunia atau anugrah maka kita sebagai makhluq juga memberikan karunia dan anugrah sebab kitapun sebagai makhluq juga menamakan orang tersebut sebagai orang yang mendapatkan hidayah.

Adapun Al-Jabriyyah maka mereka meyakini bahwa Allah memaksa mereka tidak memberikan mereka kehendak, tidak memberikan mereka kemampuan, menghalangi mereka dari sebab-sebab mendapatkan petunjuk dan ini juga bertentangan dengan dalil-dalil yang telah berlalu yang menunjukkan bahwa seorang hamba diberi kehendak dan kemampuan, diberi kesempatan memilih dan ditunjukkan kepadanya jalan yang lurus.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh

Monday, February 3, 2020

Halaqah 21 ~ Hidayah Taufik Dan Kesesatan Menurut Ahlus Sunnah

📘 Silsilah Ilmiyyah Si.9 Beriman Kepada Takdir Allāh
🔊  Halaqah 21 ~ Hidayah Taufik Dan Kesesatan Menurut Ahlus Sunnah
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ála rosulillah wa ála alihi wasohbihi ajmaín

Halaqah yang ke-21 dari silsilah ílmiah beriman dengan takdir Allah adalah tentang Hidayah Taufik Dan Kesesatan Menurut Ahlus Sunnah

Hidayah terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Hidayatul Irsyad

Hidayatul Irsyad adalah bimbingan dan arahan menuju jalan yang benar, hidayah jenis ini dimiliki para nabi dan oarng-orang yang mengikuti para nabi dari kalangan para da'i karena mereka membimbing dan mengarahkan manusia kepada jalan Allah. Allah berfirman:

وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

"Dan sesungguhnya engkau sungguh-sungguh memberikan hidayah kepada jalan yang lurus" (Q.S. Asy Syuro : 52)

Maksudanya adalah membimbing dan mengarahkan menuju jalan yang lurus.

2. Hidayatut Taufiq

Hidayatut Taufiq adalah pembukaan hati dan pelapangan dada untuk menerima kebenaran dan mengamalkannya. Hidaah taufiq ini hanya dimiliki oleh Allah tidak dimiliki oleh nabi dan dai. Allah berfirman:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

"Sesungguhnya engkau tidak memberikan hidyaah kepada orang yang engkau cintai akan tetapi Allah lah yang memberikan hidayah kepada siapa yang dia kehendaki dan dia lebih mengetahui siapa orang yang mendapatkan petunjuk" (Q.S. Al Qosos : 56)

Hidayah taufiq Allah berikan kepada siapa yang dihendaki dan kesesatan juga Allah berikan kepada siapa yang dikehendaki. Allah berfirman:

كَذَٰلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

"Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberikan petunjuk kepada siapa yang dikehendaki" (Q.S. Al Mudatsir : 31)

Barang siapa yang Allah berikan hidayah Taufiq maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barang siapa yang Allah sesatkan maka tidak ada yang bisa memberikan hidayah. Allah subhanahu wataála berfirman:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

"Barang siapa yang Allah sesatkan maka tidak akan ada yang memberikan hidayah" (Q.S. Al A'raf : 186)

Dan Allah berfirman:

وَمَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُضِلٍّ

"Dan barang siapa yang Allah berikan hidayah maka tidak ada yang bisa menyesatkan dirinya" (Q.S. Az Zumar : 37)

Dan Rosulullah salallahu álaihi waasalam bersabda:

"Barang siapa yang Allah berikan hidayah maka tidak ada yang menyesatkan dan barang siapa yang Allah sesatkan maka tidak ada yang memberikan hidayah" (H.R. Muslim)

Allah memberikan petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki dengan karunianya dan anugrahnya dan Allah lebih mengetahui siapa diantara hambanya yang berhak untuk mendapatkan petunjuk. Dan Allah menyesatkan siapa yang Allah kehendaki dengan keadilannya dan Allah lebih tahu siapa yang berhak untuk disesatkan. Kesesatan tersebut adalah keadilah Allah dan bukan kedholimannya karena Allah subhanahu wataála telah menegakkan hujjah atas hambanya memberikan kesempatan baginya untuk mengikuti petunjuk Allah diberikan akal untuk berfikir dan memilih diutus kepadanya seorang rosul yang menjelaskan diturunkan kepadanya kitab dan diperlihatkan kepadanya jalan yang lurus. Apabila ia orang yang hilang akalnya atau anak yang belum balig atau orang yang tidur maka tidak ditulis amalanny. Rosulullah salallahu álaihi wasalam bersabda:

"Diangkat pena dari tiga golongan : dari orang yang tidur sampai dia bangun, dan dari anak kecil sampai dia balig, dan dari orang yang gila sampai dia berakal atau sadar" (H.R. An Nasai dan Ibnu majah, Sohih dari Aisah roduallahu anha)

Orang yang belum sampai kepadanya risalah seorang rosul maka tidak akan diadzab. Allah subhanahu wataála berfirman:

"Dan kami tidak akan mengadzab sampai kami mengutus seorang rosul" (Q.S. Al Isro : 15)

Apabila sudah sampai kepada mereka petunjuk dan mereka tidak menerima serta tidak mengamalkan dan memilih durhaka dan maksiat kepada Allah maka Allah akan menyesatkan mereka dan ini adalah keadilan bukan kedholiman.

Allah subhanahu wataála berfirman:

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّىٰ يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Dan tidaklah Allah menyesatkan sebuah kaum setelah memberikan petunjuk kepada mereka sampai Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka takwai, sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu" (Q.S. At Taubah : 115)

Di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwasannya Allah menyesatkan mereka setelah mereka tidak menerima petunjuk Allah yang sampai kepada mereka

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqoh kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya

Wasslamau álaikum warahmatullahi wabarakatuh