Monday, December 31, 2018

Halaqah 16 | Hadits 16 Kitab Syamail Muhammadiyah

KITĀB SYAMĀIL MUHAMMADIYAH, HADĪTS 16
klik link audio

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ وَالْأَخْلَاقَ وَالْأَرْزَاقَ وَالْأَفْعَالَ، وَلَهُ الشُّكْرُ عَلَى إِسْبَاغِ نِعَمِهِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ بِالْإِفْضَالِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّهِ وَرَسُولِهِ الْمُخْتَصِّ بِحُسْنِ الشَّمَائِلِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْمَوْصُوفِينَ بِالْفَوَاضِلِ وَالْفَضَائِلِ، وَعَلَى أَتْبَاعِهِ الْعُلَمَاءِ الْعَامِلِينَ بِمَا ثَبَتَ عَنْهُ بِالدَّلَائِلِ. أما بعد


Sahabat BiAS yang semoga selalu dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Alhamdulilāh, kita telah menyelesaikan hadīts-hadīts yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Dan kali ini kita akan memasuki bab baru yaitu bab tentang cap kenabian.

Pada hari ini kita akan masuk pada hadīts ke-16.

Imām At Tirmidzī rahimahullāh mengatakan:

حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ ، عَنِ الْجَعْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ ، قَالَ : سَمِعْتُ السَّائِبَ بْنَ يَزِيدَ , يَقُولُ : ذَهَبَتْ بِي خَالَتِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ ابْنَ أُخْتِي وَجِعٌ . فَمَسَحَ رَأْسِي وَدَعَا لِي بِالْبَرَكَةِ ، وَتَوَضَّأَ ، فَشَرِبْتُ مِنْ وَضُوئِهِ ، " وَقُمْتُ خَلْفَ ظَهْرِهِ ، فَنَظَرْتُ إِلَى الْخَاتَمِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ ، فَإِذَا هُوَ مثل زِرِّ الْحَجَلَةِ "


Imām At Tirmidzī mengeluarkan hadīts ini lengkap dengan sanad yang beliau miliki hingga As Sāib Ibnu Yazid radhiyallāhu ta'āla 'anhu.

Beliau  berkata:

Aku dibawa bibiku menuju Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, lalu bibiku berkata:

"Wahai Rasūlullāh, putra saudariku ini sedang menderita sakit."

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pun mengusap kepalaku lalu mendo'akan ku dengan keberkahan.

Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) pun berwudhū' sehingga aku bisa minum dari sisa air wudhū Beliau. Kemudian aku berdiri dibelakang Beliau sehingga aku bisa melihat cap kenabian di antara kedua pundaknya,  ternyata cap itu seperti telur burung hajalah.

Hadīts ini merupakan hadīts yang shālih. Minimal Imām Bukhāri menyebutkan sebanyak empat kali di dalam kitāb Shālihnya. Beliau menyebutkan hadīts ini dengan nomor 190, 3541, 5670 dan 6352.

Dan Imām Muslim juga meriwayatkan hadīts ini dengan nomor 2345, sehingga kita simpulkan bahwa hadīts ini merupakan hadīts yang shahīh (muttafaqun 'alayhi).

Kemudian kita akan mencoba mengambil beberapa pelajaran dari hadīts tersebut.

Di antaranya:

(( سَمِعْتُ السَّائِبَ بْنَ يَزِيدَ , يَقُولُ))

⑴ Aku mendengar Sāib Ibnu Yazid berkata:

Sāib Ibnu Yazid, beliau adalah seorang shahābat yang lahir pada tahun 2 (dua) Hijriyyah, beliau juga meriwayatkan beberapa hadīts.

Dalam Shahīh Al Bukhāri bisa ditemukan setidaknya lima hadīts dan dalam Shahīh Muslim satu hadīts.

(( ذَهَبَتْ بِي خَالَتِي إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ))

⑵ Bibiku membawaku kepada Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Ibnu Hajar rahimahullāh berkata:

"Aku tidak menemukan sebuah referensi yang menyebutkan nama bibinya."

Para ulamā mengatakan, jika Ibnu Hajar rahimahullāh sudah mengatakan tidak menemukan nama seseorang dari sebuah hadīts maka kita tidak perlu mencarinya karena kita akan susah mencarinya, bahkan kita tidak akan mungkin menemukannya, karena banyaknya referensi-referensi Ibnu Hajar di dalam mensyarah kitāb Shahīh Al Bukhāri.

Kemudian lafazh hadīts tersebut:

(( يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّ ابْنَ أُخْتِي وَجِعٌ ))

⑶ (Kemudian bibiku berkata:) "Wahai Rasūlullāh, anak saudariku ini sedang sakit."

Sebagian ulamā mengatakan bahwa sakit yang diderita oleh As Sāib berada pada kakinya, hal itu berdasarkan hadīts Shahīh Al Bukhāri.

Namun sebagian ulamā lain mengatakan bahwa sakitnya berada pada kepala As Sāib radhiyallāhu ta'āla 'anhu. Berdalīlkan karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengusap kepala beliau sebagaimana di sebutkan di dalam hadīts ini.

Dan sebagian yang lain mengatakan antara sakit kaki dan kepala, tidak ada pertentangan padanya. Keduanya bisa disatukan, mungkin sakit pada kaki beliau memberikan rasa sakit kepada badan yang lainnya hingga kepala beliau (radhiyallāhu ta'āla 'anhu).

(( فَمَسَحَ رَأْسِي))

⑷ "Kemudian beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mengusap kepalaku."

Sebagaimana telah berlalu penjelasannya, sebagaian ulamā menggunakan lafazh ini untuk menyatakan bahwa sakit yang diderita oleh As Sāib berada pada kepala beliau dan telah kita sampaikan antara pendapat yang menyatakan bahwa beliau sakit kaki ataupun sakit kepala bisa digabungkan dan tidak saling bertentangan.

Usapan seorang dewasa kepada kepala anak kecil memberikan rasa kasih sayang, perasaan dekat dan ketenangan dan ini sangat memberikan efek yang baik bagi seorang yang sakit tentunya.

(( وَدَعَا لِي بِالْبَرَكَةِ))

⑸ "Lalu beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) mendo'akan ku dengan keberkahan:"

Para ulamā menerangkan bahwa berkah adalah tergapainya kebaikan dengan selalu bertambah dan berkembang.

Pada sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mendo'akannya dengan mengatakan: بارك الله فيك (demoga Allāh memberkahimu).

Dan do'a ini dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sehingga beliau tetap segar bugar hingga akhir hayatnya, sebagaimana riwayat yang mengatakan bahwa beliau (radhiyallāhu ta'āla 'anhu) tetap segar bugar dan seluruh fungsi pendengaran serta penglihatannya dalam keadaan optimal hingga beliau (radhiyallāhu ta'āla 'anhu) berumur 94 tahun. Sebagaimana disebutkan di dalam Shahīh Bukhāri nomor 3540.

Dan beliau (radhiyallāhu ‘anhu) menyampaikan bahwa sebab kekuatan, kebugaran dan kesehatan beliau karena do'a Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Oleh karena itu hendaknya kita berusaha bersemangat untuk melakukan sesuatu yang ada do'a Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam padanya.

Kita ambil contoh (misalnya):

√ Membangunkan suami /istri untuk bangun malam kemudian shalāt.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mendo'akan mereka dengan rahmat:

"Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla  merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari dan shalāt kemudian membangunkan istrinya, jika ia enggan ia percikan air pada wajah istrinya."

"Dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla merahmati seorang istri yang bangun malam hari lalu shalāt kemudian membangunkan suaminya, jika ia engan maka ia percikan air pada wajah suaminya."

Dan hadīts-hadīts lain yang semisal dengan hadīts ini.

Pada intinya hendaknya kita bersemangat untuk meraih do'a Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, karena do'a beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) adalah do'a mustajābah.

(( وَتَوَضَّأَ ))

⑹ "Lalu beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) berwudhū."

Sebagian ulamā mencoba mencari sebab wudhū Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ini.

Sebagian mengatakan bahwa wudhū Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) adalah murni wudhū untuk menghilangkan hadats, namun sebagian yang lain mengatakan bahwa wudhū Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) ini sengaja agar shahābat As Sāib radhiyallāhu ta'āla 'anhu bisa mengambil bārakah dari air wudhū yang Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) gunakan.

Dan tabarruk (mencari berkah) dari tubuh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam merupakan sesuatu yang diperbolehkan dan ini merupakan kekhususan bagi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, tidak bisa diqiyāskan kepada yang lainnya.

(( فَشَرِبْتُ مِنْ وَضُوئِهِ ))

⑺ "Lalu aku minum dari bekas air wudhū beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam)."

Sebagaimana telah berlalu bahwa mencari keberkahan dari tubuh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam (air ludah, keringat, rambut, sisa air wudhū yang beliau gunakan) merupakan hal yang diperbolehkan.

Dan dalam hadīts ini shahābat Sāib radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau mencari bārakah dengan minum bekas air wudhū dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dan sekali lagi, ini merupakan kekhususan dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

(( وَقُمْتُ خَلْفَ ظَهْرِهِ))

⑻ "Kemudian aku berdiri di belakang beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam)."

Mungkin beliau melakukan ini karena alasan adab, ada juga yang mengatakan bahwa beliau (Sāib radhiyallāhu ta'āla 'anhu) sengaja berdiri dibelakang Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) dengan tujuan untuk melihat cap kenabian dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

(( فَنَظَرْتُ إِلَى الْخَاتَمِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ))

⑼ "Aku pun melihat cap kenabian berada di antara dua pundak beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam)."

Ketika mengatakan ini beliau (Sāib radhiyallāhu ta'āla 'anhu) tidak memaksudkan bahwa cap kenabian berada ditengah-tengah, karena dalam riwayat lain cap kenabian ini lebih dekat kepada pundak kiri (maksudnya dibelakangnya).

Dan sebagian ulamā mencoba mencari hikmah kenapa cap kenabian dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ini berada dibelakang pundak kiri.

Sebagian mengatakan tujuannya agar lebih dekat dengan jantung, ada juga yang mengatakan tujuannya untuk menutup pintu masuk syaithān, karena tempat tersebut di sinyalir sebagai tempat masuk syaithān ke dalam tubuh, Wallāhu Ta'āla A'lam

(( فَإِذَا هُوَ مثل زِرِّ الْحَجَلَةِ ))

⑽ "Ternyata cap kenabian itu seperti telur burung hajalah,"

Telur burung hajalah besarnya hampir sama dengan telur burung merpati, sehingga pada pembahasan ini kita bisa mengambil kesimpulan.

Bahwasanya:

① Cap kenabian berada di antara pundak Beliau, namun tidak di tengah-tengah dan lebih dekat dengan pundak kiri.

② Ukuran cap kenabian ini kurang lebih seperti telur burung merpati.

Semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta'āla A'lam bishawāb.


🖋 Akhukum Fillāh, Ratno
Dikantor Bimbingan Islām Yogyakarta

_________

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 23 Rabi’ul Akhir 1440 H / 31 Desember 2018 M
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamāil Muhammadiyah
🔊 Halaqah 16 | Hadits 16
⬇ Download audio: bit.ly/SyamailMuhammadiyah-16
〰〰〰〰〰〰〰

No comments:

Post a Comment