Tuesday, November 27, 2018

Safari Dakwah | Kiat Ikhlas Sampai Akhir Hayat

KIAT IKHLĀS SAMPAI AKHIR HAYAT
klik link audio

Menjaga niat tetap ikhlās sampai akhir hayat itu berat sekali, itu yang di takuti para salafus shālih dahulu.

Supaya kita bisa ikhlās, kita harus terus muhasabah diri kita, ketika akan beramal, ketika sedang beramal dan setelah beramal, harus terus ada mutāba'ah.

Awasi terus amal kita, ketika kita akan beramal, kita tanyakan, "Untuk siapa saya beramal ini?" Jawabannya, "Ikhlās."

Sedang beramal pun kita harus berjuang terus, agar bisa menjauh dari bisikan-bisikan syaithān, ketika sedang beramal datang harapan untuk dipuji, maka cepat-cepat buang harapan untuk dipuji itu dan berlindung kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dari kesyirikan itu, memohon ampun (istighfār) kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla .

Dan setelah beramal pun harus tetap dijaga agar tidak ujub dan bangga dan tidak pula menyebut-nyebutnya (seperti) orang yang bersedekah. Jika kita menyebut-nyebut sedekah kita maka sedekah kita akan sia-sia tidak berguna amalan kita.


Orang yang telah menyebutkan apa yang telah dia infāqkan atau dia berikan kepada orang lain maka amalan tersebut akan sia-sia.

Jadi salah satu cara agar kita bisa ikhlās adalah:

⑴ Sering mengoreksi hati kita.

⑵ Hati harus tunduk kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, berada diantara jari jemarinya Ar Rahman.

Dalam hadīts, Allāh Subhānahu wa Ta'āla membolak balikan hati manusia sesuai dengan kehendak-Nya.

Maka,

√ Mintalah ketetapan hati dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

√ Minta keikhlāsan agar dijadikan hamba-hamba yang ikhlās dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena keikhlāsan itu sebelum dia adalah usaha kita, maka dia adalah taufīq dan hidayah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Maka kita harus rajin memohon, berdo'a meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑶ Berusaha semaksimal mungkin untuk  menyembunyikan amalan kita.

Sembunyikan amalan kita, kecuali yang tidak bisa disembunyikan seperti ibadah-ibadah fardhu (shalāt misalnya), shalāt tidak mungkin disembunyikan terutama untuk kaum laki-laki karena shalāt fardhu wajib berjama'ah.

Jangan jadikan alasan tidak berjama'ah dengan alasan, "Saya lebih ikhlās sembunyikan amalan saya, jadi saya shalātnya di rumah saja." Tidak ! Ini berbeda.

Amalan-amalan sunnah itu khususnya shalāt sunnah harus kita sembunyikan.

Kenapa?

Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan, "Sebaik-baik shalāt adalah dirumah kecuali shalāt fardhu."

Mengapa?

Agar tersembunyi keikhlāsan kita, agar ibadah kita tersembunyi jauh dari pujian dan sanjungan manusia.

Shalāt sunnah sendirian itu berat, anda bisa saja terbangun di tengah malam (mudah) terbangun di tengah malam, tapi anda akan berat untuk berwudhū' lalu mengerjakan shalāt dua raka'at atau membaca Al Qur'ān.

Berbeda bila di hadapan manusia kita akan cepat melaksanakannya, kita sanggup membaca Al Qur'ān berapapun banyaknya.

Oleh karena itu ibadah yang tersembunyi itu luar biasa. Kalau kita membaca hadīts muttafaqun 'alayhi tentang tujuh golongan yang dinaungi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya itu, semua tujuh golongan ini porosnya adalah ikhlās.

⇒ Pemimpin yang adil tidak akan bisa adil kalau dia tidak ikhlās kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jika dia mengharapkan akhirat (mengharapkan balasan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla), ketika itu dia bisa berbuat adil. Kalau tidak, dia akan terperdaya oleh dunia.

⇒ Pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, ini juga harus ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Dua orang yang saling mencintai karena Allāh, ini pun harus ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat dengan seorang wanita, lalu laki-laki itu berkata, "Aku takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla." (Ini adalah ikhlās)

⇒ Seorang yang berdzikir seorang diri, lalu dia menangis, orang ini berdzikir karena ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⇒ Seorang yang berinfāq, lalu dia menyembunyikan infāqnya, sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfāqkan oleh tangan kanannya, dia lakukan ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karena itu sedekah yang sembunyi-sembunyi (rahasia) akan memadamkan kemurkaan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dahulu para salafus shālih berlomba-lomba untuk bersedekah secara diam-diam agar orang tidak tahu, (kecuali) apabila ada maslahat yang besar yaitu agar orang mengetahui amalan tersebut silahkan, boleh saja.

Seperti Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam saat beliau menganjurkan kaum muslimin berinfāq, datang Abdurrahman bin Auf membawa hartanya (dilihat banyak orang) lalu datang Utsmān, lalu datang Umar dengan membawa setengah hartanya, lalu datang Abū Bakar dengan membawa semua hartanya.

Ini berinfāq di hadapan manusia dan ini tidak mengapa, karena ada maslahat di dalamnya (yaitu) untuk memotivasi kaum muslimin.

Silahkan bila niatnya untuk memotivasi dan bisa menjaga niatnya.

Inilah cara-cara kita untuk menjaga keikhlāsan kita.

________

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 19 Rabi’ul Awwal 1440 H / 27 November 2018 M
👤 Ustadz Abu Zubair Al Hawāry
📗 Safari Dakwah | Kiat Ikhlas Sampai Akhir Hayat
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-KiatIkhlas
~~~~

No comments:

Post a Comment