Monday, November 2, 2015

Hadits 1 | Keutamaan Silaturarhim (bagian 3)

KEUTAMAAN SILATURAHMI (BAGIAN 3)
klik link audio

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhanahu wa Ta'ala, kita memasuk pada Bāb Al-Al-Birr wa Ash-Shilah yaitu bab tentang berbuat kebaikan dan menyambung silaturahmi, dan masih pembahasan dari Kitābul Jāmi' dari Kitāb Bulūghul Marām.

Kita masuk pada hadits yang pertama;

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه و سلم: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (أخرجه البخاري)

Dari shahābat Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu berkata: Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang suka untuk dilapangkan rizki dan suka dipanjangkan umurnya, maka hendaklah dia menjalinsilaturahmi."
(HR. Bukhari)


Hadits ini merupakan salah satu hadits yang agung yang memotifasi kita untuk menyambung silaturahmi.

Sesungguhnya, ada sebagian amal shalih yang Allāh tidak hanya memberikan ganjaran di akhirat tetapi juga ganjaran duniawi, contoh seperti menyambung silarurahim.

Ganjaran di dunia yang Allāh siapkan bagi orang yang menyambung silaturahmi dalam hadits ini yaitu dilapangkan rizikinya dan dipanjangkan umurnya.

Bahkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan, "Siapa yang suka untuk dilapangkan rizkinya dan untuk dipanjangkan umurnya maka hendaknya dia menyambung silaturahmi."

Ini adalah motifasi dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yaitu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam memotivasi kita untuk silatirahmi dengan mengiming-imingi ganjaran duniawi.

Oleh karenanya pendapat yang rajih di antara pendapat para ulama bahwasanya:

◆ Barang siapa yang beramal shalih ikhlash karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, namun selain dia ikhlas karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla (artinya tidak mengharap pujian manusia, tidak riya', bukan ingin disanjung, semata-mata karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata) namun dalam niatnya disertai dengan ingin mendapatkan ganjaran duniawi yang diizinkan oleh syari'at (seperti dalam hal ini) maka maka hal itu tidak mengapa.

Karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri yang mengiming-imingi dengan mengatakan:

"Barang siapa yang mau/suka"

Mahabbah berkaitan dengan niat, yaitu seakan-akan Allāh mengatakan:

"Barangsiapa yang suka/berniat ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah silaturahim.

Maka boleh jika seseorang menyambung silaturahmi dengan niat karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla sekaligus juga ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya.

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhanahu wa Ta'ala,

Makna dari "dilapangkan rizki dan dipanjangkan umur", secara umum ada 2 pendapat di kalangan para ulama.

● PENDAPAT PERTAMA

Maksudnya adalah makna majasi/kiasan.

Karena rizki & umur sudah tercatat dan tidak mungkin di ubah-ubah lagi. Oleh karenanya maksud dilapangkan rizki adalah rizkinya diberkahi oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala.

Meskipun rizkinya tidak berubah namun Allāh kasih keberkahan, rizki yang tidak berubah tersebut ternyata banyak manfaatnya, membawa faidah, dia gunakan untuk beramal shalih & untuk hal-hal yang di cintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikian juga dengan maksud dari dipanjangakan umurnya, yaitu umurnya tidak berubah, tetap begitu saja sesuai dengan yang ditakdirkan.

Akan tetapi Allāh berkahi umurnya, sehingga umurnya bisa dia gunakan untuk banyak kebaikan, banyak beribadah atau mungkin dia hindarkan dari sakit yang mengganggu keberkahan umurnya.

Artinya diberkahi umurnya sehingga waktunya benar-benar bermanfaat seakan-akan umurnya panjang.

Karena kita dapati seseorang memiliki umur yang panjang namun tidak bermanfaat atau yang bermanfaat hanya sedikit dari umurnya atau sebagian waktu umurnya hilang sia-sia (tidak ada manfaatnya).

Maka Allāh berkahi orang ini tatkala dia menyambung silaturahmi, seluruh umurnya bermanfaat.

Ini adalah faidah yang luar biasa

● PENDAPAT KEDUA

Bahwasanya dibawakan makna ini kepada makna yang hakiki, artinya benar-benar dipanjangkan umurnya dan benar-benar dilapangkan rizkinya.

Dan kita tahu bahwasanya Allāh Subhanahu wa Ta'ala bisa merubah takdir yang berada di tangan para malaikat sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

يَمْحُوا۟ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُۥٓ أُمُّ ٱلْكِتَٰبِ

"Allāh Subhānahu wa Ta'āla menghapuskan apa yang Allāh kehendaki dan menetapkan (apa yang Allāh kehendaki), dan di sisi Allāh ada Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh)."

(QS Ar-Ra'd: 39)

Jadi, malaikat mungkin diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk mencatat umur hamba, misalnya umurnya 60 tahun, kemudian karena hamba ini bersilaturahmi maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyuruh mencatat umurnya menjadi 70 tahun, yang perubahan ini (yaitu dari 60 menjadi 70).

Semua sudah tercatat di Lauhul Mahfuzh. Tidak ada perubahan di Lauhul Mahfuzh.

Makanya Allāh mengatakan, "Dan di sisi Allāh ada Ummul Kitab," dan Ummul Kitab tidak berubah, proses perubahan 60 menjadi 70 semua sudah tercatat di Lauhil Mahfūzh.

Seakan-akan tercatat di Lauhul Mahfuzh bahwasanya orang ini akan beramal shalih sehingga yang tadinya dicatat oleh malaikat awalnya 60 tahun kemudian karena dia beramal sholih maka Allāh perintahkan menjadi 70 tahun.

Demikiantahun juga dengan rizki, yang tadinya dicatat tertentu oleh malaikat tetapi karena dia bersilaturahim maka ditambah rizkinya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan semuanya telah tercatat di  Lauhul Mahfuzh.

Dan Wallahu A'lam bish shawāb, saya lebih condong kepada pendapat yang kedua.

Karena kenyataan yang ada silatiurahim benar-benar merupakan sebab dipanjangkan umur dan sebab ditambahkan rizki.

Betapa banyak orang yang menyambung silaturahim kemnudian rizkinya ditambah-tamba oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala, berapa banyak orang yang menyambung silaturahim umurnya ditambah, misalnya dijauhkan dari sakit.

Mungkin harusnya dia celaka tapi dihindarkan dari kecelakaan oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala sehingga bertambah umurnya.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberkahi harta kita dan umur kita dan semoga Allāh memudahkan kita untuk bersilaturahmi.

______________________________


🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 20 Muharram 1437 H / 02 November 2015 M
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Al-Birru (Kebaikan) Wa Ash-Shilah (Silaturahim)
🔊 Hadits ke-1 | Keutamaan Silaturahmi (bagian 3)
⬇️ Download Audio:
https://drive.google.com/open?id=0B1e0BM9z9hzYWmtKLXJ0eGJBTEE
____________________

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول الله صلى الله عليه و سلم: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (أخرجه البخاري)

Dari Abu Hurairah radhiyallāhu 'anhu berkata: Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturahim (hubungan antar kerabat)."
(HR. Bukhari)

No comments:

Post a Comment