Friday, August 18, 2017

Hadits 15 | Hasad Dan Merendahkan Sesama Muslim (Bagian 3)

HASAD DAN MERENDAHKAN SESAMA MUSLIM (BAGIAN 3)
klik link audio

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita masih melanjutkan hadits yang ke 15.

Setelah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

وكونوا عباد الله إخوانًا

"Jadilah kalian hamba-hamba yang saling bersaudara."

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan tentang larangan-larangan yang bisa memecah persatuan.

Setalah itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menekankan lagi tentang kewajiban seorang muslim dengan muslim lainnya, kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

اَلْمُسْلِمُ أَخُو المسلمِ

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya."


Kalau dia sebagai saduara bagi yang lainnya maka:

لا يَظْلِمُهُ

"Jangan menzalimi."

Bagaimana anda menzhalimi saudara anda sendiri?

ولا يَخْذُلُهُ

"Dan jangan ditinggallkan."

Saudaranya butuh pertolongan malah ditinggalkan, tidak boleh. Namanya "khudzlan" yaitu meninggalkan saudara tatkala dia membutuhkan pertolongan.

 ولا يَحْقِرُهُ

"Dan jangan merendahkan dia."

Ini semua (perkara menzhalimi, meninggalkan tatkala dibutuhkan dan kemudian merendahkan) merusak persatuan.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam selanjutnya:

اَلتَّقْوَى هَهُنا

"Taqwa tempatnya dihati."

Tiga kali sambil mengisyaratakan pada dadanya.

Kenapa?

Karena perkara-perkara ini membuat ketaqwaannya dipertanyakan.

Mungkin penampilannya OK, mungkin jenggotnya OK, penampilan Islami, mungkin rajin shalat 5 waktu di masjid, tapi dia merendahkan orang lain, berarti taqwanya bermasalah.

Makanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

اَلتَّقْوَى هَهُنا

"Taqwa tempatnya di hati."

Sambil mengisyaratkan ke dadanya 3 kali.

Kemudian Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menekankan:

 بِحَسْبِ امْرِيءٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخاهُ الْمُسْلِمَ

"Cukuplah seseorang dikatakan melakukan keburukan kalau dia merendahkan saudaranya sesama muslim."

Berarti ada "kibr" dalam dirinya.

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

"Al kibr itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia."

(HR Muslim nomor 131 versi Syarh Muslim nomor 91)

Kenapa anda merendahkan dia? Kenapa anda meremehkan dia?

Karena anda merasa lebih bertaqwa kepada Allāh Subhanahu wa Ta'ala. Justru merendahkan orang lain itu menunjukkan ketaqwaan anda lagi minim.

Sehingga aneh jika, anda merendahkan orang lain dengan perkataan anda, menjatuhkan orang lain, menghina orang lain.

Tidak boleh seorang muslim menghina muslim yang lainnya. Dan tatkala dia menghina menunjukkan ada kibr dalam hatinya.

Kemudian setelah itu Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

كُلُّ الْمسلمِ عَلَى المسلمِ حَرامٌ: دَمُهُ وَمالُهُ وعِرْضُهُ

"Muslim atas muslim yang lain haram darahnya (tidak boleh ditumpahkan) dan hartanya (tidak boleh diambil tanpa haq) dan juga harga dirinya (tidak boleh dijatuhkan)."

Ini dalil bahwasanya seorang muslim harus menjauhi segala perkara yang bisa memecah persatuan, kenapa?

Karena kalau terjadi perpecahan (cerai-berai) maka kaum muslimin akan menjadi lemah. Kata Allāh Subhanahu wa Ta'ala:

وَلَا تَنَـٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡ‌ۖ وَٱصۡبِرُوٓاْ‌ۚ

"Janganlah kalian bertikai, kalian akan menjadi lemah dan akan hilang kekuatan kalian, dan bersabaralah kalian."

(QS Al Anfal: 46)

Bahkan dengan adanya perpecahan akan hilang keberkahan, akan hilang rahmat dari Allāh Subhanahu wa Ta'ala.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam Shahih Bukhari, dari Ubadah bin Samit radhiyallahu 'anhu:

خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِيُخْبِرَ النَّاسَ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ، قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam keluar untuk mengabarkan kapada sahabat  kapan lalaitul qadr. Dan ada 2 orang yang sedang bertikai (bertengkar), maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:

خَرَجْتُ لأُخْبِرَكُمْ، فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ وَإِنَّهَا رُفِعَتْ

"Saya keluar kepada kalian untuk, mengabarkan kepada kalian tentang lailatul qadr, akan tetapi Si Fulan dan Si Fulan bertengkar, maka dihilangkanlah ilmu tentang kapan malam  qadr tersebut."

Tadinya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ingin mengkabarkan kepada umatnya tentang kapan lailatul qadr namum dengan sebab ada 2 orang bertikai, ilmu tersebut diangkat, hilang keberkahan.

Akan tetapi kata Nabi:

وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ

"Semoga ini baik bagi kalian."

(HR Bukhari nomor 5589 versi Syarh Muslim nomor 6049)

Jadi dengan pertikaian bisa terangkat keberkahan.

Contoh lagi, dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersanbda:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ

"Sesungguhnya dibuka pintu-pintu surga setiap hari senin dan kamis. Maka Allāh akan berikan ampunan kepada setiap hamba yang tidak berbuat syirik sama sekali (berarti bertauhid), kecuali seseorang yang mempunyai persoalan (pertikaian) dengan saudaranya.

فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

Maka dikatakan: "Tunda, jangan dulu diberikan ampunan kepada 2 orang ini sampai mereka damai. Tunda, jangan dulu diberikan ampunan kepada 2 orang ini sampai mereka damai. Tunda, jangan dulu diberikan ampunan kepada 2 orang ini sampai mereka damai."

(HR Muslim nomor 4652 versi Syarh Muslim nomor 2565)

Luar biasa.

Lihat, keberkahan, ampunan diangkat, tidak jadi diberikan gara-gara bertikai.

Segala permasalahan yang ada jangan sampai menimbulkan pertikaian karena bisa melemahkan, memecah belah kaum muslimin dan terangkat keberkahan.

Bahkan dalam skala kecil seperti rumah tangga. Seorang suami jangan sampai ribut dengan istrinya. Sabar, jaga lisan, hiasi diri dengan sifat memaafkan, sifat meredam amarah, karena kalau sering bertengkar dengan istrinya, bisa jadi berkah tidak turun sehingga masalah yang akan banyak muncul.

Intinya, ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhanahu wa Ta'ala.

Bahwasannya segala perkara yang bisa memutuskan persatuan diharamkan dan segala perkara yang bisa memupuk persatuan maka disyari'atkan dalam Islam.

Dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

وكونوا عباد الله إخوانًا

"Jadilah kalian hamba-hamba Allāh yang saling bersaudara."

Diantara perkara yang menakjubkan dalam hal ini mengenai dibencinya perpecahan dan dicintainya persatuan, sampai Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam membolehkan berbohong demi dalam rangka untuk persatuan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِى يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِى خَيْرًا

"Bukanlah dikatakan pendusta orang yang ingin mendamaikan diantara orang-orang yang bertikai, maka diapun mengatakan kebaikan atau memberi isyarat kebaikan (menyampaikan kebaikan)."

(HR Muslim nomor 4717 versi Syarh Muslim nomor 2605)

Meskipun dia bohong, namun dibolehkan bohong tersebut. Dan ini tidak dikatakan bohong, kenapa?

Karena untuk mendamaikan.

Bayangkan, bohong yang merupakan dosa dan merupakan ciri-ciri orang munafik yaitu kalau dia berbicara dia berdusata, yang kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ

"Hati-hatilah dengan kedustaan, kedustaan bisa mengantarkan kepada kefajiran dan kefajiran bisa mengantarkan kepada neraka Jahannam."

(HR Tirmidzi nomor 1894 versi Maktabatu al Ma'arif nomor 1971)

Akan tetapi ini dibolehkan jika dalam rangka menjalin persatuan. Ini menunjukkan bahwasnya perkara ini (persatuan) sangat dicintai oleh Allāh. Dan segala perpecahan sangat dibenci oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala.

Dalam hadits yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلاَةِ وَالصَّدَقَةِ " . قَالُوا بَلَى . قَالَ " إِصْلاَحُ ذَاتِ الْبَيْنِ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian perkara yang lebih afdhol dari pada shalat (maksudnya shalat sunnah), puasa dan sedekah?"

Maka para sahabat megatakan:

"Tentu ya Rasūlullāh, apakah perkara tersebut?"

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Mendamaikan orang yang bertikai."

(HR Abu Daud nomor 4273 versi Baitul Alkar adDauliah nomor 4919)

Semoga kita termasuk orang-orang yang memupuk persatuan, mendamaikan yang bertikai. Bukan orang-orang yang menyulut api perpecahan dan memprovokasi terjadinya pertikaian.

Wallāhu Ta'āla A'lam bish Shawab.
________

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 26 Dzulqa’dah 1438 H / 18 Agustus 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 15 | Hasad Dan Merendahkan Sesama Muslim (Bagian 3)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-Bab04-H15-3
~~~~~~~

No comments:

Post a Comment