Thursday, July 27, 2017

Materi Tematik | Kajian Islam Intensif Tentang Manasik Haji Dan Umroh (Bag. 16 dari 30)

KAJIAN ISLAM INTENSIF TENTANG MANASIK HAJI DAN UMROH BAGIAN 16 DARI 30
klik link audio

بســـمے الله الرّحمنـ الرّحـيـمـے
الســـلامـ عليكــــمـ ورحمة الله وبركــــاته  


Alhamdulillāh, kita bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, shalawat dan salam semoga selalu Allāh berikan kepada Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, pada keluarga beliau, para shahābat serta orang-orang yang mengikuti beliau sampai hari kiamat kelak.

Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


◆ Ihram

Ihrām secara bahasa diambil dari kata:

 أحرم  يحرم  إحراما,

Jika seseorang sudah masuk ke dalam manasik haji maka dari sinilah para ulamā fiqih meletakkan pengertian tentang ihrām.

Ihrām secara istilah syari' adalah niat masuk ke dalam tata cara haji atau umrah.


Sebelum kita berihrām yaitu berniat memasuki tata cara haji atau umrah maka di sana ada amalan-amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan.

Di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan adalah:

⑴ Memotong kuku dan membersihkan badan.

Sesuai dengan yang dianjurkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts tentang fitrah manusia yaitu sebuah hadīts riwayat Imām Bukhāri dan Muslim, dari Abū Hurairah radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ - أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ - الْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ الأَظْفَارِ وَنَتْفُ الإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ " .

"Fitrah itu ada lima yang pertama berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan menipiskan kumis."

(HR Bukhari nomor 5889 dan Muslim nomor 257)

Kelima fitrah di atas dianjurkan ketika sebelum berihrām.

Adapun janggut maka seorang muslim diharāmkan untuk mengambil sesuatu atau sedikitpun dari janggutnya baik dengan cara dicabut ataupun dipotong ataupun dikerik.

Hal ini berdasarkan sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts riwayat Bukhāri dari 'Abdullāh bin 'Ummar radhiyallāhu Ta'āla 'anhumā:

خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَوْفُوا اللِّحَى

"Selisihilah diri kalian dengan kaum musyrik dan tipiskanlah kumis kalian dan biarkanlah atau banyakkanlah janggut kalian."

(HR Muslim nomor 259)

Ini hal pertama yang dianjurkan sebelum kita berihrām.

⑵ Mandi

Mandi yang mengangkat hadats besar (seperti orang mandi junub).

Dalīl yang menunjukkan akan hal ini adalah kejadian yang  terjadi di zaman Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Bahwa Asma binti 'Umais radhiyallāhu Ta'āla 'anhā, beliau dalam keadaan selesai melahirkan dan dalam keadaan nifas. Maka beliau bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

كَيْفَ أَصْنَعُ قَالَ: اغْتَسِلِى وَاسْتَثْفِرِى بِثَوْبٍ وَأَحْرِمِى

"Apa yang beliau kerjakan, beliau ingin berihrām tapi dalam keadaan nifas."

Kata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:

"Mandilah kamu dan tutuplah kemaluanmu dengan kain dan berihrāmlah."

(HR Muslim nomor 3009)

Ini menunjukkan bahwasanya sampai wanita yang hāidh atau nifaspun ketika ingin berihrām, mereka dianjurkan untuk mandi apalagi para lelaki dan wanita-wanita yang tidak dalam keadaan hāidh atau nifas.

⑶ Memakai minyak wangi

Memakai minyak wangi yang dia miliki baik di kepala ataupun di janggut atau di seluruh tubuh.

Dalīl yang menunjukkan akan hal ini adalah sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imām Bukhāri dan Muslim, 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā bercerita:

.كَانَ رَسُوْلُ اللهِ اِذَا أَرَادَ أَنْ يُحْرِمَ يَتَطَيَّبَ بِأَطْيَبِ مَا يَجِدُ ثُمَّ أَرَى وَبِيْصَ الدُّهْنِ فِيْ رَأْسِهِ وَ لِحْيَتِهِ بَعْدَ ذَلِكَ

"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam jika beliau ingin memakai minyak wangi yang beliau miliki kemudian aku melihat bekas kilatan minyak wangi beliau di kepala dan janggut beliau setelah itu."

(HR Muslim nomor 2830)

Bahkan 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā sendiri beliau yang memberikan minyak wangi kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Dalam hadīts lain riwayat Bukhāri dan Muslim juga dari 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā beliau bercerita:

كُنْتُ أُطَيِّبُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لإِحْرَامِهِ حِينَ يُحْرِمُ، وَلِحِلِّهِ قَبْلَ أَنْ يَطُوفَ بِالْبَيْتِ.

"Aku senantiasa memberikan minyak wangi kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika sebelum beliau berihrām dan ketika beliau dalam keadaan halal sebelum beliau thawāf Ifadhah."

(HR Bukhari nomor 1539)

⑷ Seorang lelaki berihrām dengan dua kain ihrām yaitu yang satu dijadikan sarung dan yang satunya dijadikan selendang.

Hal ini berdasarkan sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh Imām Ahmad nomor 4664, dari 'Abdullāh bin 'Umar radhiyallāhu Ta'āla 'anhumā Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

وَلْيُحْرِمْ أَحَدُكُمْ فِي إِزَارٍ وَرِدَاءٍ وَنَعْلَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ نَعْلَيْنِ

"Hendaknya salah satu dari kalian berihrām dengan memakai kain yang disarungkan kemudian kain yang diselendangkan dan dua sandal."

Ini ihrām kain bagi laki-laki, adapun bagi wanita sebagaimana riwayat 'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan dinyatakan shālih oleh Syaikh Albāniy rahimahullāh.

'Āisyah radhiyallāhu Ta'āla 'anhā bercerita:

المحرمة تلبس من الثياب ما شاءت إلا ثوبا مسه ورس أو زعفران ، ولا تبرقع ولا تلثم ، وتسدل الثوب على وجهها إن شاءت

"Wanita yang berihrām memakai apa saja dari pakaian kecuali pakaian yang terkena wars dan Za'farān dan jangan memakai burqa (cadar) dan jangan mengikat kain di wajahnya dan hendaklah dia menjulurkan kain di atas wajahnya jika dia menginginkan."

---> wars maksudnya minyak wangi, za’faron maksudnya warna yang seperti za’faron.

Kemudian setelah dia mandi memakai minyak wangi kemudian dia berpakaian seperti pakaian biasa dan untuk wanita, jangan sampai melewati batas-batasan pakaian yang sudah ditentukan oleh syari'at islām.

Diantara batasan-batasan tersebut adalah:

⑴ Pakaian wanita harus lebar.
⑵ Menutupi seluruh tubuh.
⑶ Harus tebal dan tidak tipis menerawang memperlihatkan bentuk tubuh dan kulit tubuh.
⑷ Tidak menyerupai pakaian lelaki.
⑸ Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kāfir yang dipakai khusus bagi mereka.
⑹ Pakaian tersebut bukan pakaian yang menyerupakan perhiasan.
⑺ Pakaian tersebut bukan pakaian syuhrah (tampil beda, pent).

Ini para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Mudah-mudahan ini bermanfaat.

صلى الله على نبينا محمد
و السّلام عليكم ورحمة الله وبر كا ته

Bersambung ke bagian 16, In syā Allāh
____


🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 04 Dzulqa’dah 1438H / 27 Juli 2017M
👤 Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
📔 Materi Tematik | Kajian Islam Intensif Tentang Manasik Haji Dan Umroh (Bag. 16 dari 30)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AZ-ManasikHaji-16
🌐 Sumber: http://www.youtube.com/playlist?list=PLsGyF7LoLNd_MRjTZehq0ykcPfYDjef_i
-----------------------------------

No comments:

Post a Comment