Thursday, November 16, 2017

Bab 08 |Dakwah Secara Sembunyi Dan Terang-Terangan (Bag. 4 dari 6)

DAKWAH SEMBUNYI DAN TERANG-TERANGAN (BAGIAN 4 DARI 6)
klik link audio

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم  صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأخوانه


Ada beberapa faidah yang bisa kita ambil dari dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, diantaranya:

⑴ Kalau kondisi kaum muslimin dalam keadaan ditekan, sulit untuk berdakwah terang-terangan, maka tidak mengapa kita berdakwah secara sembunyi-sembunyi, sebagaimana yang dilakukan Nabi selama 3 atau 4 tahun.

Tapi para ulamā mengatakan bahwa asal dakwah bagi kaum muslimin adalah terang-terangan, kalau pemerintah tidak melarang, tidak ada yang ditangkap atau dibunuh maka asalnya dakwah adalah dengan terang-terangan.

Adapun kalau ada dakwah sembunyi-sembunyi maka hati-hati, karena kalau orang berdakwah secara sembunyi-sembunyi maka itu berada di atas kebathilan.



Kalau orang di atas kebenaran maka dia akan berani menyampaikan kebenaran tersebut, berani berdialog. Tetapi kalau sembunyi-sembunyi, jangan sampai ada yang mengetahui, lalu ada bai'at, maka ini tidak benar.

Kenapa?

Karena sekarang kita berada di negeri kaum muslimin di mana asal dakwah adalah terang-terangan.

Berbeda halnya jika kondisinya tidak seperti di negeri kaum muslimin, contohnya para ulamā menyebutkan seperti di Rusia. Dahulu, jika ketahuan ada yang shalāt dan membaca Al Qurān maka akan ditangkap,.

Lalu apakah orang Muslim di sana tidak berdakwah?

Mereka tetap berdakwah namun dengan cara sembunyi-sembunyi. Mereka amalkan cara dakwah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam yang secara sembunyi.

Demikian juga, ada sebagian orang menganggap dakwah harus dengan fase Makiyyah dan fase Madaniah.

Bukan begitu. Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam kebetulan saja harus berdakwah secara sembunyi-sembunyi, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk dakwah secara terang-terangan.

⑵ Dakwah Islām adalah dakwah universal (menyeluruh), bukan untuk satu suku atau satu kabilah saja atau Arab saja.

Setelah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mulai berdakwah dibantu dengan Abū Bakr Ash Shiddīq, maka banyak yang masuk Islām dari berbagai kalangan.

Bahkan dari kalangan orang-orang yang nasabnya tinggi, seperti Abū Bakr, 'Utsman bin 'Affan, Zubbair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqqash.

Adapula orang-orang yang nasabnya biasa, ada pula orang-orang kaya seperti 'Abdurrahman bin 'Auf dan ada juga shahābat-shahābat yang miskin seperti 'Abdullāh bin Mas'ūd (pengembala kambing).

Artinya, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menawarkan Islām kepada siapa saja.

Bahkan bukan hanya orang merdeka, budakpun masuk Islām, seperti Bilal, Amir bin Khaira, Zaid bin Haritsah, Salman Al Farizi, Suhaib Ar Rumi dari Romawi.

Islām adalah agama universal dan untuk siapa saja, tidak mengenal harkat dan martabat, semua orang berhak untuk masuk Islām.

Oleh karenanya Islām tidak memberikan kemuliaan dengan nasab atau harta, tetapi Islām memuliakan dengan ketaqwaan.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allāh adalah orang yang paling bertaqwa."

(QS Al Hujurāt: 13)

Bisa jadi seorang budak lebih mulia daripada orang merdeka. Bisa jadi orang miskin lebih mulia daripada orang kaya, kalau dia lebih bertaqwa.

Bisa jadi orang kaya juga sangat mulia di sisi Allāh tatkala dia gunakan hartanya di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Bisa jadi seorang 'ajam lebih mulia daripada orang Arab, bisa jadi.

Bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla merendahkan Abū Lahab, Allāh menjatuhkan Abū Lahab, padahal dia memiliki nasab yang sangat tinggi.

Dan Allāh mengangkat Salman Al Farizi yang bukan orang Arab, ditinggikan oleh Allāh derajatnya.

Agama yang tidak masuk akal adalah agama Yahūdi, mereka mengatakan bahwa hanya orang Yahūdi saja yang masuk surga, lalu yang lainnya bagaimana?

Kalau kebetulan lahir jadi orang Yahūdi Alhamdulillāh, lalu bagaimana orang yang di luar orang Yahūdi (orang Jawa, Bugis), bagaimana nasib kita?

Apakah masuk neraka Jahannam?

Iya, menurut mereka masuk neraka jahannam, karena mereka menyangka surga hanya milik mereka (orang Yahūdi).

Islām tidak demikian. Islām turun di jazirah Arab tetapi Islām untuk seluruhnya. Islām memuliakan umatnya dengan taqwa, dengan akhlaq.

Demikian saja.


وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 27 Shafar 1439 H / 16 November 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Sirah Nabawiyyah
📖 Bab 08 |Dakwah Secara Sembunyi Dan Terang-Terangan (Bag. 4 dari 6)
▶ Link Download Audio: bit.ly/BiAS-FA-Sirah-0804
~~~~~

No comments:

Post a Comment