Friday, November 24, 2017

Muqaddimah Dan Hadits Pertama (Bagian 05 dari 07)

MUQADDIMAH DAN HADĪTS PERTAMA (BAGIAN 05 DARI 07)
klik link audio

 بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم  صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه وأخوانه


Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

 إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

"Bahwasanya amalan-amalan berdasarkan niatnya (disertai dengan niat)."

وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِيءٍ مَا نَوَى

"Dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan."

Kalau niatnya baik maka dia akan mendapatkan kebaikan, jika niatnya buruk maka dia akan mendapat keburukan.



Ini adalah kaedah dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam

Kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, "Lihatlah setiap amal itu pasti ada niatnya." Maka hati-hati, jangan sembarang salah niat.

Lalu Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam  tegaskan:

 وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِيءٍ مَا نَوَى

"Dan hati-hati balasan seseorang sesuai dengan apa yang dia niatkan."

Karena setiap kita melakukan sesuatu pasti ada tujuan
Oleh karenanya jangan salah tujuan. Kalau salah tujuan akan berakibat buruk. Masing-masing akan memperoleh apa yang dia niatkan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam  setelah menyebutkan kaedah, kemudian memberikan contoh:

فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ

"Barangsiapa yang hijrahnya karena Allāh dan Rasūl-Nya, berarti hijrahnya kepada Allāh dan Rasūl-Nya (maka dia akan mendapatkan pahala)."

وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٌ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

"(Akan tetapi) barangsiapa yang berhijrah karena dunia (ingin memperoleh dunia) atau wanita yang ingin dia nikahi, maka hijrahnya dia mendapatkan apa niat dari hijrahnya tersebut."

Perhatikan!

Hijrah salah satu amalan yang mulia. Seorang berhijrah meninggalkan negeri kāfir, di zaman Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggalkan kota Mekkah menuju kota Madīnah. Perjalanan yang jauh menempuh ratusan kilometer.

Ini adalah perjalananan yang dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tetapi kalau niatnya salah, gara-gara wanita (misalnya) atau karena dunia, maka dia tidak akan mendapatkan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan demikianlah dengan amalan-amalan yang lain. Ini hanya sekedar contoh tentang hijrah dan hijrah adalah amalan yang luar biasa.

Dan ini mencakup seluruh amalan, amalan-amalan yang besar lainnya, seperti jihād fīsabilillāh.

Contohnya haji dan 'umrah, ini adalah amalan-amalan yang luar biasa.

Barangsiapa yang niatnya bukan karena Allāh maka tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Tidak semua yang berjihād karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebagaimana disebutkan dalam hadīts, seorang bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ الرَّجُلَ يُقَاتِلُ شَجَاعَةً وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ رِيَاءً فَأَيُّ ذَلِكَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

"Yā Rasūlullāh, bagaimanakah menurut Anda mengenai seorang laki-laki yang berperang agar disebut sebagai pemberani, berperang karena ta'ashub dan berperang karena riya`, manakah yang termasuk di jalan Allāh?"

"Maka Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:"

"Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allāh, maka dialah yang berada di jalan Allāh."

(HR Ahmad nomor 18722)

Adapun yang karena marah, karena membela suku, karena untuk menunjukan kejantanannya, kehebatan perangnya, maka ini semua tidak ada nilainya disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Padahal jihād merupakan amalan yang luar biasa. Tetapi jika tidak dikerjakan karena Allāh, maka tidak bernilai disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Demikian juga dengan haji dan 'umrah. Seseorang yang berhaji mengeluarkan biaya yang banyak ternyata niatnya bukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, niatnya hanya karena perkara dunia yang ringan, dunia yang tidak bernilai. Hanya karena ingin dihormati oleh masyarakat. Ini adalah niat-niat yang buruk yang mencemarkan ketulusan ibadah haji.

Maka orang yang berhaji dengan niat-niat seperti ini, tidak akan diterima hajinya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Oleh karenanya hadīts yang masyhur tentang tiga orang yang pertama kali diadzab dalam neraka jahannam adalah tiga orang yang melakukan ibadah yang sangat agung namun niatnya tidak ikhlās karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Orang yang pertama kali dinyalakan api neraka buat mereka ada tiga orang. Tiga orang tersebut adalah seorang mujahid, seorang ustadz dan seorang dermawan.

Yang pertama adalah seorang mujahid, seorang yang mati syahid akan tetapi ketika dihadirkan dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka Allāh ingatkan tentang nikmat-nikmat yang Allāh berikan kepada mujahid ini.

Banyak nikmat yang Allāh berikan kepada dia, berupa keberanian, kehebatan menggunakan senjata, kekuatan tubuh.

Maka diapun ingat akan nikmat-nikmat ini.

Setelah itu Allāh bertanya tentang nikmat-nikmat tersebut, "Apa yang kau lakukan dengan nikmat-nikmat yang Aku berikan kepada engkau wahai Mujahid?"

Dia mengatakan, "Yā Allāh, aku berperang karena Engkau,  yā Allāh sampai aku mati syahid.”

Kata Allāh, "Engkau dusta, tetapi engkau berperang supaya dikatakan engkau adalah seorang pemberani dan telah dikatakan.”

Kemudian Allāh perintahkan malāikat untuk menggeret orang ini sampai dimasukkan ke dalam neraka jahanam.

Lihat orang pertama ini, orang yang meninggal dalam keadaan mati syahid.

Ibadahnya luar biasa, sebagaimana hijrah. Hijrah berpindah dari kota Mekkah, berjalan 600 km menuju kota Madīnah, bukan perkara yang ringan.

Meninggalkan rumah, tanah kelahiran. Berat para shahābat ketika berhijrah meninggalkan Mekkah menuju Madīnah.

Kampung halaman mereka tinggalkan, harta-benda mereka tinggalkan, penghasilan mereka tinggalkan.

Kalau ini dilakukan karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, luar biasa mulia mereka. Akan tetapi jika seseorang melakukan ibadah ini hanya karena dunia atau hanya karena seorang wanita maka tidak ada nilainya disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebagaimana jihād, tatkala seorang berjihād, ibadah yang luar biasa, amalan yang luar biasa, meninggal langsung masuk surga, tetapi kalau niatnya tidak benar, hanya karena ingin dikatakan pemberani, karena untuk membuktikan bahwasannya dia jagoan, sebagaimana orang ini yang meninggal, maka dimasukkan ke dalam neraka jahanam.

Allāh mengatakan, "Engkau berdusta, engkau berperang bukan karena Aku. Tetapi engkau berperang supaya dikatakan engkau seorang pemberani dan telah dikatakan (telah dikatakan orang bahwa dia pemberani)".

Tujuan dia berperang supaya dikatakan pemberani, jagoan, dan terkabulkan.

Masyarakat mengenal dia sebagai jagoan, masyarakat mengenal dia sebagai pahlawan, dia dikenang. Tujuan duniawi dia telah dikabulkan oleh Allāh.

Akan tetapi apa di akhirat dia mendapatkan apa-apa?

Di akhirat dia tidak mendapatkan apa-apa bahkan dilemparkan kedalam neraka jahanam.

Demikian juga dengan orang-orang berhaji yang ingin disanjung, maka dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Disanjung, dipanggil pak haji, dihormati oleh orang-orang, kalau niatnya buat itu maka dia akan akan dapatkan.

Tetapi apakah sanjungan tersebut bermanfaat di akhirat?

Sama sekali tidak bermanfaat, bahkan dia terancam dengan azab neraka jahanam.

Ini yang pertama yang meninggal karena mati syahid tapi bukan karena Allāh tetapi karena ingin diakui oleh orang lain.

Luar biasa bagaimana penyakit riyā' ini. Oleh karenanya Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah mengatkan:

"Penyakit riyā', ingin tenar, ingin terkenal adalah syahwat yang tersembunyi."

Sebagaimana seorang punya syahwat, ingin minum karena haus, dia punya syahwat. Seorang lapar ingin makan ia punya syahwat. Seorang ingin wanita, ia punya syahwat terhadap wanita. Masalah penyanjungan, penghormatan, pengagungan, dia juga punya syahwat.

Seseorang ingin disanjung-disanjung, seseorang ingin dihormati, bahkan rela berkorban dengan nyawanya.

Lihat bagaimana seorang mujahid ini, dia berkorban dengan nyawanya yang penting dia disanjung, padahal sanjungan tersebut tidak dia peroleh kecuali dia sudah di alam kubur, dia sudah meninggal.

Namun dia tidak peduli yang penting dia dikenang. Dia punya syahwat agar diakui keberaniannya, agar diakui kejantanannya, meskipun nyawanya yang sangat berharga harus dia korbankan.

Dan demikianlah orang-orang yang mencari popularitas dan ketenaran.     
                 
Demikian saja apa yang bisa disampaikan pada kesempatan kali ini, in Syā Allāh besok kita lanjutkan dengan idzin Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

وبالله التوفيق و الهداية
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته


Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
-------------------------------------

🌍 BimbinganIslam.com
Jum’at, 06 Rabi’ul Awwal 1439 H / 24 November 2017 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Hadits Arba’in Nawawī
🔊 Muqaddimah Dan Hadits Pertama (Bagian 05 dari 07)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FA-HaditsArbainNawawi-0105
-----------------------------------

No comments:

Post a Comment