Monday, April 9, 2018

Halaqah 006 | Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 03)

MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB  (BAGIAN 3)
klik link audio 

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن والاه، اما بعد


Sahabat BiAS yang dimuliakan oleh Allāh 'Azza wa Jalla.

Alhamdulilāh, kita telah sampai di halaqah yang ke-6 dari kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية).

Sahabat BiAS rahīmani wa rahīmakumullāh.

Di dalam halaqah-halaqah sebelumnya kita telah sedikit membahas apa yang ditorehkan (ditulis) oleh Ibnu Taimiyyah di dalam muqaddimah kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية).

Beliau memulai kitāb ini dengan mengucap Basmallāh dan memulai dengan memuji Allāh 'Azza wa Jalla dan kali ini kita lanjutkan apa yang beliau tulis setelah pujian kepada Allāh 'Azza wa Jalla.

Beliau rahimahullāh berkata:


وأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، إقرَاربه و التوحيد

Dan aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allāh 'Azza wa Jalla, hanya Allāh lah yang berhak disembah dan tidak ada sekutu bagi-Nya.

Saya mengikrarkannya dengan lisan (mengucapkan kalimat 'Lā ilāha illallāh dengan lisan) dan juga merealisasikan (makna 'Lā ilāha illallāh) dalam perbuatan.

Yaitu dengan mengikhlāskan seluruh ibadah, baik ibadah yang berkenaan dengan jasmani atau badan seperti shalāt, menyembelih dan sebagainya atau ibadah yang berkenaan denga hati seperti tawakal, takut, rasa harap, cemas dan lain sebagainya yang hanya diberikan untuk Allāh 'Azza wa Jalla.

Di sini, tadi saya menerjemahkan:

أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ الله

"Saya bersaksi tiada sesembahan yang patut disembah melainkan Allāh 'Azza wa Jalla.

Mungkin akan timbul pertanyaaan, kenapa tidak diterjemahkan dengan makna yang sudah umum dimasyarakat kita atau yang lebih dikenal dengan "Tidak ada Tuhan selain Allāh" ?

Maka jawabannya:

Terjemahan "Lā ilāha illallāh" dengan "Tiada Tuhan selain Allāh" itu kurang lengkap. Itu hanyalah mengandung sedikit makna dari yang dikandung oleh kalimat Lā ilāha illallāh.

Kenapa ?

Karena sejatinya keyakinan bahwa tiada Tuhan selain Allāh, itu juga diyakini oleh orang-orang kāfir Quraisy di zaman Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Sehingga dengan demikian jika kita mengartikan "Lā ilāha illallāh" dengan "Tiada Tuhan selain Allāh" maka seharusnya kita akan mengatakan kāfir Quraisy juga telah ber Lā ilāha illallāh atau telah bertauhīd tetapi nyatanya tidak.

Kenapa demikian ?

Karena sejatinya "Lā ilāha illallāh" artinya tidak sebatas "Tidak ada Tuhan selain Allāh".

Untuk lebih jelasnya di dalam Al Qur'ān ada ayat yang menunjukkan bahwa kaum kāfir Quraisy yang dahulu diperangi oleh Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mereka juga meyakini bahwa "Tiada Tuhan selain Allāh" dalam artian tidak ada yang memberi rejeki, tidak ada yang mengatur alam kecuali Allāh 'Azza wa Jalla.

Dalīlnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ

Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?"

Maka mereka akan menjawab: "Allāh". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"

(QS Yūnus: 31)

Di sini Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam diperintahkan untuk bertanya.

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ

"Siapakah yang memberi kalian rezeki kepadamu dari langit dan bumi ?"

مَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَـٰرَ

"Siapa yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan?"

مَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ

"Siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup?"

مَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ

"Siapakah yang mengatur segala urusan?"

Mereka akan menjawab: "Allāh" dan ini menunjukkan bahwa mereka mengakui bahwa:

√ Allāh sebagai Pencipta.
√ Allāh sebagai Pengatur.

Sehingga sejatinya mereka mengakui bahwa "Tiada Tuhan selain Allāh".

Lalu kenapa mereka dihukumi sebagai orang musyrik?

Mereka dihukumi orang musyrik karena mereka tidak mengikhlāskan ibadah kepada Allāh 'Azza wa Jalla saja.

Dalam artian mereka terkadang beribadah kepada Allāh dan terkadang mereka beribadah kepada selain Allāh, sehingga mereka disebut musyrik atau yang menyekutukan. Menyekutukan ibadah antara Allāh dan selainnya.

Oleh sebab itu maka makna yang tepat dari "Lā ilāha illallāh" adalah "Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allāh 'Azza wa Jalla".

Sesembahan didunia ini banyak.

√ Terkadang nabi disembah, sebagaimana Nabi 'Īsā 'alayhissallām.
√ Terkadang pohon disembah,
√ Terkadang kuburan disembah.
√ Terkadang dewa-dewa disembah,
dan sebagainya.

Namun sejatinya semua peribadatan yang hakiki hanyalah untuk satu sesembahan saja, yaitu untuk Allāh 'Azza wa Jalla.

Inilah sesembahan yang benar, inilah sesembahan yang hak, sedangkan sesembahan yang lainnya adalah bathil.

Tentu jika kita ingin menyelami makna 'Lā ilāha illallāh secara dalam, kita harus mempelajari kitāb At Tauhīd yang ditulis oleh Imām Muhammad ibn 'Abdil Wahab.

Ini saja yang dapat saya sampaikan, in syā Allāh kita akan lanjutkan pada halaqah berikutnya.

وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_______

🌍 BimbinganIslam.com
Senin, 22 Rajab 1439 H / 09 April 2018 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 006 | Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 03)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H006
〰〰〰〰〰〰〰

No comments:

Post a Comment