Tuesday, April 3, 2018

Kajian 100 | Perkara-Perkara Yang Disunnahkan Dalam Puasa

PERKARA-PERKARA YANG DISUNAHKAN DALAM PUASA
klik link audio

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد


Para sahabat Bimbingan Islām dan kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla

Alhamdulilāh, kita lanjutkan pelajaran kita tentang masalah-masalah yang ada di dalam puasa, kita sampai pada pembahasan perkara-perkara yang mustahab (disunnahkan) di dalam puasa.

Berkata penulis rahimahullāh :

((ويستحب في الصوم ثلاثة أشياء: تعجيل الفطر وتأخير السحور وترك الهجر من الكلام))

Dan disunnahkan di dalam puasa 3 (tiga)  perkara:

⑴ Mempercepat berbuka puasa (تعجيل الفطر)
⑵ Melambatkan sahūr (وتأخير السحور )
⑶ Meninggalkan ucapan-ucapan buruk di dalam ucapannya (ترك الهجر من الكلام)


Tiga perkara ini yang disebutkan mualif dan di sana masih banyak beberapa sunnah-sunnah yang lain, yang mungkin nanti akan kita sebutkan.

• Yang pertama | Mempercepat berbuka puasa (تعجيل الفطر)

Apabila sudah tenggelam matahari atau sudah masuk waktu maghrib maka hendaknya seorang yang berpuasa segera berbuka. Dan jangan menunda-nunda sampai matahari kemerahan atau sampai datang malam (sampai 'isya) karena ini adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang selain muslim.

Menyelisihi orang-orang kufar yang mereka berpuasa sampai malam hari dan ini adalah tindakan orang Yahūdi.

Jadi, di antara sunnah adalah mempercepat berbuka puasa (تعجيل الفطر).

Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam hadīts Sahl bin Sa'ad, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

لاَيَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

"Bahwasanya manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka mempercepat berbuka.”

(Hadīts riwayat Bukhāri 4/173 dan Muslim 1093)

⇒ Intinya bahwa mempercepat berbuka adalah termasuk sunnah dan di sana ada kebaikan karena menyelisihi orang-orang Yahūdi.

• Yang kedua | Melambatkan sahūr (وتأخير السحور )

Maksudnya memperlambat sahūr adalah dia makan sahūr pada waktu-waktu mendekati waktu fajar, artinya bukan orang makan habis 'isyā kemudian dia tidak makan lagi.

Tetapi tatkala menjelang fajar maka dianjurkan orang makan sahur pada waktu tersebut.

Hal ini berdasarkan sebuah hadīts dari Zaid bin Tsābit radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau berkata:

تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلاةِ، قُلْتُ : كَمْ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسَّحُورِ ؟ قَالَ : قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةٍ

Kami ini makan sahūr bersama Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, kemudian beliau berdiri untuk shalāt (maksudnya shalāt fajar) maka saya katakan:

“Berapa jarak antara adzan dan shaur?”

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

"Kira-kira bacaan sekitar 50 ayat?"

Yang menunjukkan bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, beliau makan sahūr menjelang fajar.

• Yang ketiga | Meninggalkan ucapan-ucapan buruk di dalam ucapannya (ترك الهجر من الكلام)

Meninggalkan ucapan-ucapan buruk pada saat seseorang berpuasa, sebagaimana sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan yang buruk dan juga perbuatan yang buruk maka Allāh tidak butuh kepada puasanya."

(Hadīts riwayat Bukhāri, Abū Dāwūd dan Tirmidzī)

• Yang keempat | Termasuk sunnah adalah makan sahūr itu sendiri.

⇒ Jadi seorang yang ingin berpuasa disunnahkan untuk makan sahūr.

Hadīts Annas bin Mālik radhiyallāhu ta'āla 'anhu berkata, Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

تَسَحَّرُوْا! فَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ

"Bersahūrlah kalian, karena sesungguhnya di dalam makan sahur itu ada keberkahan."

Kemudian hadīts yang lain, hadīts 'Umar bin Āsh radhiyallāhu ta'āla 'anhu beliau berkata, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ اْلكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ

"Pembeda antara puasa kita dengan puasa ahlul kitāb yaitu Yahūdi dan Nashārā."

(Hadīts riwayat Imām Muslim dan Abū Dāwūd)

⇒ Ahlul kitāb tidak makan sahūr sehingga untuk menyelisihi mereka, kita umat muslim makan sahūr.

Dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

تسحروا ولو بجرعة ماء

"Sahūrlah kalian walau hanya dengan seteguk air."

(Hadīts hasan riwayat Ibnu Hibbān)

⇒ Ini menekankan pentingnya sahūr (السحور)

Demikian yang bisa disampaikan pada materi kali ini, semoga bermanfaat.


وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 16 Rajab 1439 H / 03 April 2018 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | KITĀBUSH SHIYĀM (كتاب الصيام)
🔊 Kajian 100 | Perkara-Perkara Yang Disunnahkan Dalam Puasa
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H100
〰〰〰〰〰〰〰

No comments:

Post a Comment