Wednesday, April 11, 2018

Halaqah 008 | Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 05)

MUQADDIMAH; MUQADDIMAH PENULIS KITAB  (BAGIAN 5)
klik link audio

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين، اما بعد


Sahabat BiAS yang dirahmati oleh Allāh 'Azza wa Jalla.

Alhamdulilāh, kita telah sampai pada halaqah yang ke-8 dari kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية)

Pada halaqah sebelumnya kita membahas apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullāh di dalam muqaddimah kitāb "Al 'Aqidah Al Wāsithiyah" (العقيدة الواسطية).

Beliau (rahimahullāh) memulai dengan;

√Bismillāhirrahmānirrahīm (بسم اللّه الرحمن الرحيم).
√ Pujian kepada Allāh (Hamdallāh).
√ Menyaksikan (bersaksi) dengan dua kalimat syahadat.
√ Shalawat.


Maka setelah membuka kitābnya dengan hal yang tadi saya sebutkan, kemudian beliau menyebutkan dengan:

أما بعد: فهذا اعتقاد الفرقة الناجية المنصورة إلى قيام الساعة، أهل السُّنَّة و الجماعة

Amā ba'du, inilah i'tiqad ('aqidah) firqah an nājiyyah al manshūrah (yang senantiasa ditolong) sampai hari kiamat nanti, mereka adalah ahlus sunnah wal jama'ah.

Demikianlah artinya secara singkat.

Sekarang kita mulai memaknai satu persatu lafadz yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Beliau memulai dengan "amā ba'du" (أما بعد).

Kita sering mendengar diceramah-ceramah dan sebagainya kata "amā ba'du" ini.

Arti "amā ba'du" adalah "maka setelahnya",  arti mudahnya seperti itu. Yang fungsinya agar menjadi pemisah antara perkataan atau kalimat sebelumnya yang merupakan pembukaan dengan kalimat yang akan diucapkan setelahnya.

Karena bila langsung, mungkin orang akan kaget atau sebagainya, sehingga ulamā dalam cara berbicara atau dalam buku-buku mereka, mereka mengucapkan "amā ba'du" atau "maka setelahnya".

Akhirnya pengucapan "amā ba'du" ini dijadikan tradisi oleh kita, baik penceramah ataupun siapa saja yang sedang berbicara dalam lingkup resmi biasanya mengucapakan kata "amā ba'du" setelah pembukaan.

Maka kata beliau:

أما بعد: فهذا اعتقاد الفرقة الناجية

"Inilah i'tiqād ('aqidah) firqah an nājiyyah (buku ini memuat 'aqidah firqah an nājiyyah)."

Apakah aqidah itu?

'Aqidah adalah hal-hal yang harus diyakini oleh seorang muslim (manusia) dalam hatinya dan harus diikat dengan kuat.

Ini berkenaan dengan hal-hal hati, yang harus diyakini. Seperti masalah imān, masalah ke-Esa-an Allāh Azza wa Jalla, masalah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, apakah beliau itu ma'shum atau tidak?

Tentu kita yakin bahwa beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam) adalah ma'shum.

Ini semua wilayah keyakinan bukan wilayah amal. Beda dengan haji, shalāt atau sebagainya yang merupakan wilayah amal badan.

Kalau 'aqidah wilayahnya adalah wilayah hati, wilayah keyakinan meskipun nanti amalan-amalan bisa mencoreng 'aqidah.

Bukan berarti 'aqidah itu yang penting hatinya baik, tapi tidak beramal. Tidak!

Nanti secara detail akan dijelaskan (in syā Allāh) 'aqidah adalah hal-hal yang harus diyakini.

Buku ini memuat 'aqidah apa?

Apakah 'aqidah seluruh agama?

Apakah 'aqidah seluruh kelompok dalam Islām yang kita lihat di zaman kekinian yang sangat bervariasi?

Maka di sini beliau menjelaskan:

فهذا اعتقاد الفرقة الناجية

Kitāb ini membahas 'aqidah-'aqidah firqah an nājiyyah.

Apakah firqah nājiyyah itu?

Kenapa kita harus belajar firqah nājiyyah itu?

Kenapa Ibnu Taimiyyah mengarang kitāb untuk menjelaskan 'aqidah firqah nājiyyah?

• Firqah Nājiyyah

Firqah, secara bahasa adalah "kelompok". Nājiyyah artinya "selamat".

Firqah nājiyyah bukan barang baru atau hal baru diperkarsai oleh Ibnu Taimiyyah, istilah ini sudah digunakan oleh ulamā di zaman-zaman sebelumnya.

Dari mana istilah ini muncul?

Istilah ini muncul merupakan intisari atau diambil dari perkataan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts yang menyatakan bahwa umat Islām akan terpecah menjadi 73 golongan dan yang selamat kata beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam):

كلها في النار الا واحدة

"Dari 73 golongan tersebut diancam masuk neraka yang selamat hanya satu."

Kenapa saya katakan, "diancam"?

Karena bisa jadi dari 72 golongan itu yang mungkin di akhir hayatnya diampuni oleh Allāh atau karena ketidak tahuan mereka sehingga mereka melakukan hal tersebut, sehingga tidak serta merta masuk neraka tetapi  mereka terancam.

Jadi sangat bahaya sekali jika mereka ber'aqidah atau pemikiran mereka sesuai dengan 72 kelompok ini.

كلها في النار الا واحدة

"Yang selamat hanya satu kelopok saja."

Siapakah yang selamat itu ?

⇒ Mereka adalah orang-orang  yang menempuh jalan Nabi dan para shahābat (merekalah yang akan selamat).

Ketika dia yang selamat maka disebut dengan firqah nājiyyah atau kelompok yang selamat.

Kalau kelompok firqah nājiyyah yang selamat, maka penting bagi kita untuk mempelajari apasih 'aqidah mereka sehingga mereka bisa selamat.

Selanjutnya:

 فهذا اعتقاد الفرقة الناجية المنصورة إلى قيام الساعة

Inilah buku atau tulisan yang memuat 'aqidah firqah nājiyyah al manshūrah yang mereka (kelompok ini) senantiasa ditolong sampai akhir hayat atau akhir zaman.

⇒ Jadi firqah nājiyyah ini adalah kelompok yang akan senantiasa di tolong atau bahasa Arabnya: المنصورة.

Di sini pula sering kita mendengar ada yang sering mengutip tentang "thāifah al manshūrah".

Maksud thāifah al manshūrah itu sama seperti firqah nājiyyah, maksudnya adalah kelompok yang ditolong.

Kata al manshūrah diambil dari hadīts riwayat Bukhāri di mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

"Senantiasa ada di dalam umatku kelompok yang senantiasa berdiri di atas kebenaran, maka tidak berbahaya, siapa yang tidak menolong mereka atau yang menghalangi mereka sampai datang ketetapan Allāh."

Maksudnya sampai datang ketetapan Allāh adalah sampai nanti manusia yang berimān semua akan ditiup. Di akhir zaman nanti akan datang angin yang membuat orang-orang mukmin yang terkena angin tersebut meninggal dunia.

Sebelum dunia ini hancur akan ada angin yang membuat sisa-sisa orang-orang mukmin meninggal dunia.

Jadi ketika hari kiamat nanti (ketika hari H nya), semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla  menyelamatkan kita semua, tidak ada lagi orang yang berimān karena nyawa orang berimān sudah dicabut dengan wasilah atau perantara angin.

Jadi maksud manshūrah adalah orang-orang yang berimān yang akan senantiasa ditolong sampai datang ketetapan Allāh yaitu orang-orang berimān akan diwafatkan.

Karena mereka adalah kelompok yang dan ditolong dan firqah yang selamat, maka penting bagi kita untuk mempelajari aqidahnya yang in syā Allāh akan diurai oleh Imām Ibnu Taimiyyah rahimahullāh.

Ini saja yang bisa saya sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf.

 وصلاة وسلم على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته 

_______

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 24 Rajab 1439 H / 11 April 2018 M
👤 Ustadz Rizqo Kamil Ibrahim, Lc
📗 ‘Aqidah Al-Wāsithiyyah
🔊 Halaqah 008 | Muqaddimah - Muqaddimah Penulis Kitab (Bagian 05)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-RKI-AqidahWasithiyyah-H008
〰〰〰〰〰〰〰

No comments:

Post a Comment