Saturday, March 3, 2018

Kajian 98| Kewajiban dalam Puasa

KEWAJIBAN DALAM PUASA
klik link audio

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد


Para sahabat Bimbingan Islām yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan kaum muslimin dimanapun ada berada. Kita lanjutkan pembahasan kitabush shaum.

Kemudian penulis rahimahullāh mengatakan:

((وفرائض الصوم أربعة أشياء: النية والإمساك عن الأكل والشرب والجماع وتعمد القيء))

Kewajiban di dalam puasa ada empat perkara:

⑴ Niat (النية)
⑵ Menahan diri dari makan dan minum (الإمساك عن الأكل والشرب)
⑶ Menahan diri dari Jimā' (الجماع)
⑷ Menahan diri dari sengaja untuk muntah (تعمد القيء)



Ini adalah empat perkara dari kewajiban puasa yang disebutkan penulis.

Sebenarnya yang lebih tepat adalah dua hal, di antara kewajiban puasa adalah: (1) niat dan (2) menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa.

Dan apa yang disebutkan di sini seperti makan, minum, jimā' dan sengaja untuk muntah itu semua adalah di antara perkara yang membatalkan puasa atau membuat seorang berbuka puasa.

Dalīl niat di sini, sebagaimana sabda Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلا صِيَامَ لَهُ

"Barangsiapa yang tidak niat sebelum fajar maka tidak ada puasa baginya."

(Hadīts riwayat Ashabus sunnan, Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibān)

Jadi seseorang sebelum menunaikan ibadah puasa harus berniat pada malam sebelumnya.

Seorang apabila sudah berniat di malam harinya tidak mengapa apabila dia tertidur atau makan atau mungkin berhubungan setelah niat, yang penting niat tersebut dilakukan sebelum fajar.

Wal imsāk anil akil wasyurb (والإمساك عن الأكل والشرب), seperti tadi disebutkan. Yang benar adalah al imsāk ‘anil mufthirāt (الامساك عن المفطرات), itu lebih umum, bahwasanya dua kewajiban yaitu niat dan menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan.

Dan di sini disebutkan, diperinci "anil akil wasyurb" ini adalah di antara perkara-perkara yang membatalkan yaitu makan dan minum, berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ ٱلْخَيْطُ ٱلْأَبْيَضُ مِنَ ٱلْخَيْطِ ٱلْأَسْوَدِ مِنَ ٱلْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا۟ ٱلصِّيَامَ إِلَى ٱلَّيْلِ

"Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam hari.”

(QS Al Baqarah: 187)

⇒ Bolehnya makan dan minum sebelum fajar yang kedua.

Dan juga jimā' berdasarkan firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ ٱلصِّيَامِ ٱلرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَآئِكُمْ

"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu."

(QS Al Baqarah: 187)

⇒ Rafats di sini maknanya adalah termasuk al jimā'.

Maka tatkala sudah masuk fajar maka hal itu tidak diperbolehkan.

Berikutnya sengaja untuk muntah (وتعمد القيء), ini juga yang membatalkan puasa, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

مَنْ ذَرَعَهُ قَىْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ

“Barangsiapa yang muntah menguasainya (muntah tidak sengaja) sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada qadhā' baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib baginya membayar qadhā'."

(Hadīts ini diriwayatkan oleh Ashabussunnan dan berkata Imām Tirmidzī bahwa hadīts ini hasan gharib)

Demikian yang bisa kita sampaikan dan kita akan lanjutkan dengan pembatal-pembatal puasa pada pertemuan berikutnya (in syā Allāh).


وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_______

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 14 Jumadal Akhir 1439 H / 03 Maret 2018 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., M.A.
📗 Matan Abū Syujā' | KITĀBUSH SHIYĀM (كتاب الصيام)
🔊 Kajian 98| Kewajiban dalam Puasa
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-FZ-H098
〰〰〰〰〰〰〰

No comments:

Post a Comment