Wednesday, June 13, 2018

Materi Tematik | Fiqih Ringkas Di Hari 'Iedul Fitri Bag 01

FIQIH RINGKAS DI HARI 'IEDUL FITRI, BAGIAN 01
klik link audio

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Para sahabat Bimbingan Islām dan kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kita berdo'a kepada Allāh, agar Allāh Subhānahu wa Ta'āla  terus memberikan kenikmatan kepada kita, agar kita bisa menyempurnakan puasa di bulan Ramadhān dan kita berbahagia bersama kaum muslimin di hari 'Ied.

Dan perlu diketahui di sana ada sunnah-sunnah atau adab-adab yang terkait dengan hari 'Ied, diantaranya:


⑴ Disunnahkan mandi sebelum berangkat shalāt 'Iedul Fithri.


Hendaknya seorang muslim bersemangat tatkala hari 'Ied tiba, dia persiapkan diri dengan membersihkan diri (mandi) kemudian memakai minyak wangi, karena ini adalah hari kebahagiaan, bukan hari biasa.

Hendaknya seorang mempersiapkan dirinya, mempersiapkan keluarganya untuk menemui hari bahagia ini.

Oleh karena itu para ulamā, mereka menjadikan mandi ini perkara yang sunnah, sebagaimana diriwayat oleh Ibnu Umar radhiyallāhu ta'āla 'anhumā:

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى

"Bahwasanya 'Abdullāh Ibnu 'Umar biasa mandi di hari 'Iedul Fithri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang."

(Hadīts riwayat Mālik dalam Muwatha’ 426. An Nawawi menyatakan bahwa ātsār ini shahīh)

Para ulamā menganjurkan dan merupakan sunnah untuk membersihkan atau memotong rambut-rambut, baik rambut yang ada diketiak maupun yang lainnya, begitu pula memotong kuku dan lainnya yang menyempurnakan persiapan seseorang dalam menghadapi hari bahagia ini.

Ini diqiyāskan juga kepada sunnah-sunnah yang ada pada hari Jum'at, karena hari Jum'at termasuk hari 'Iedul usbu (pertemuan perkumpulan setiap minggunya) dan di sana ada sunnahnya, begitu pula pada saat 'Iedul Fithr.

Riwayat dari Ibnu Umar juga:

 أَنَّهُ كَانَ يَلْبَسُ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ فِي اَلْعِيدَيْنِ

"Bahwasanya beliau memakai pakaian yang terbaik pada saat dua hari 'Ied ('Iedul fithri dan 'Iedul Adhā)."

(Hadīts riwayat Baihaqī)

Kemudian berkata Ibnul Qayyim rahimahullāh:

وكان صلى الله عليه وسلم يلبس لهما أجمل ثيابه وكان له حلة يلبسها للعيدين والجمعة

"Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam beliau memakai untuk dua hari 'Ied ('Iedul Fithri dan 'Iedul Adhā) pakaian yang terbaik dan beliau memiliki, hulah (gelang)  yang khusus beliau pakai pada 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adhā dan hari Jum'at."

Ini menunjukkan bahwasanya Rasūlullāh  shallallāhu 'alayhi wa sallam mempersiapkan dirinya untuk menghadapi hari 'Iedul Fithr (hari kebahagiaan).

⑵ Dianjurkan sebelum kita keluar menuju tempat 'Ied untuk makan tiga butir tamr atau lima atau tujuh butir tamr (ganjil).

Sebagaimana diriwayatkan oleh Imām Bukhāri dalam Shahīhnya.

Dari Anas bin Mālik  radhiyallāhu ta'āla 'anhu beliau berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ .. وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا

"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidaklah keluar pada hari 'Iedul Fithri (ke tempat shalāt) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil."

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 953)


⑶ Disunnahkan melewati jalan pergi dan pulang berbeda

Disunnahkan untuk pergi dari satu jalan dan kembali dengan jalan yang lain (tidak dengan jalan yang sama).

Sebagaimana hadīts yang diriwayatkan oleh Imām Bukhāri di dalam Shahīhnya.

Dari Jābir radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau berkata:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيقَ

"Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam ketika berada di hari 'Ied (ingin pergi ke tempat shalāt), beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang."

(Hadīts riwayat Bukhāri nomor 986)


⑷ Shalāt 'Ied ditempat terbuka bukan di masjid (jika memungkinkan).

Karena ini yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, akan tetapi jika tidak memungkinkan maka tidak mengapa shalāt 'Ied di masjid.

Namun yang lebih afdhal jika memungkinkan shalāt 'Ied ditempat terbuka, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Untuk menunjukkan bagaimana idzhar menampakkan kekuatan kaum muslimin.


⑸ Tidak ada riwayat dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwasanya beliau shalāt nāfilah (shalāt sunnah) dilapangan baik sebelum shalāt 'Ied ataupun sesudahnya.

Sebagaimana hadīts shahīh yang diriwayatkan oleh Imām Bukhāri.

Dari Ibnu Abbās radhiyallāhu ta'āla 'anhumā, beliau berkata:

أن النبي صلى الله عليه وسلم خرج يوم الفطر، فصلى ركعتين لم يصل قبلهما ولا بعدهما

"Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam keluar pada hari 'Iedul Fithr, kemudian beliau shalāt dua raka'at  (shalāt 'Ied) dan beliau tidak shalāt sebelum dan sesudahnya."

Akan tetapi, apabila shalāt 'Ied ini dilakukan dimasjid maka disunnahkan untuk melakukan shalāt tahiyatul masjid, berdasarkan hadīts yang lain.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

 إذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلا يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ

"Apabila kalian masuk masjid maka janganlah kalian duduk sampai shalāt dua raka'at."


⑹ Apabila sudah kembali kerumahnya maka disunnahkan untuk shalāt dua raka'at dirumah.

Berdasarkan dari hadīts sunnah riwayat Ibnu Mājah dalam Sunnannya.

Dari Abī Saīd Al Khudriy radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau berkata:

 كان رسول الله -صلى الله عليه وسلم- لا يُصلّي قبل العيد شيئا، فإذا رجع إلى منزله صَلّى ركعتين

"‌Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak shalāt sebelum shalāt 'Ied sedikitpun (artinya hanya shalāt 'Ied) bila beliau pulang kerumah beliau shalāt dua raka'at."


⑺ Dianjurkan untuk bertakbir.

Dianjurkan untuk bertakbir mulai dari tengelam matahari atau malam 'Ied sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla .

Allāh Subhānahu wa Ta'āla  berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allāh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur."

(QS Al Baqarah: 185)

Hendaknya seorang bertakbir mulai dia keluar dari rumahnya sampai tempat shalāt 'Ied dan takbir ini adalah perkara yang dianjurkan sebagaimana kesepakatan ulamā.

Berdasarkan hadīts Ibnu 'Umar, beliau berkata:

عن ابن عمر: أنه كان يخرج للعيديْن من المسجد، فيكبر حتى يأتي المُصلَّى, ويكبِّر حتى يأتي الإمام

"Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam keluar untuk shalāt 'Ied, baik 'Iedul Fithri maupun 'Iedul Adhā kemudian beliau bertakbir sampai beliau tiba ditempat shalāt dan beliau bertakbir sampai datangnya imām."

(Hadīts riwayat Ad Dāruquthiy)

Dari Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu ta'āla 'anhu, beliau bertakbir:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ

Allāhu akbar, Allāhu akbar, 'Lā ilāha illallāh  wallāhu akbar. Allāhu akbar walillāhil hamd.

Artinya:

"Allāh Maha Besar, Allāh Maha Besar, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allāh dan Allāh Maha Besar. Allāh Maha Besar, segala puji bagi-Nya"

Dan disunnahkan untuk terus bertakbir baik dimasjid, dirumah-rumah maupun di jalan-jalan.

Demikian yang bisa disampaikan pada pertemuan kali ini, mudah-mudahan bermanfaat.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
 _____

🌍 BimbinganIslam.com
Rabu, 28 Ramadhan 1439 H / 13 Juni 2018 M
👤 Ustadz Fauzan S.T., Lc, M.A.
📔 Materi Tematik | Fiqih Ringkas Di Hari 'Iedul Fitri Bag 01

⬇ Download Kumpulan Materi Ramadhan 1439 (Full Audio, Transkrip pdf, & Image) : http://bit.ly/BIASMateriRamadhan1439H

----------------------------------

No comments:

Post a Comment