Thursday, March 14, 2019

Materi Tematik | Isra’ Mi’raj

ISRĀ' DAN Mi'RĀJ
klik link audio

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي جعل من يريده بخير فقيها في الدين
والصلاة والسلام على أشرف الخلق وسيد المرسلين نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أما بعد

Sahabat BiAS rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Isrā' dan Mi'rāj merupakan perjalanan malam yang dilakukan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dari kota Mekkah menuju Baitul Maqdis di Palestina.

Kemudian dari Baitul Maqdis naik hingga Sidratul Muntahā guna menerima perintah shalāt dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Di Indonesia, sebagian kaum muslimin merayakan kejadian ini dan ada libur nasionalnya yang jatuh pada tangga 27 Rajab.

Pendapat ini merupakan pendapat Imām An Nawawi dalam kitāb Ar Raudhah. Namun sebenarnya permasalahan ini adalah permasalahan yang diperdebatkan dikalangan ulamā. Mereka berselisih pendapat tentang tahun kejadian Isrāi dan Mi'rāj maupun bulan terjadi Isrā' dan Mi'rāj.



Dalam Fathul Barī, Ibnu Hajar, menyebutkan perbedaan pendapat ini.

Ada yang menyebutkan bahwa Isrāil dan mi'rāj terjadi pada bulan:

⑴ Rabiul Awwal (bulan ke-3) penanggalan Islām.

⑵ Rabiul Akhir (bulan ke-4) penanggalan Islām.

⑶ Bulan Ramadhān (bulan ke-9) penanggalan Islām.

⑷ Bulan Syawwāl (bulan ke-10) penanggalan Islām.

⑸ Bulan Rajab (bulan ke-7) penanggalan Islām.


Karena perbedaan yang sangat banyak ini, kemudian Syaikul Islām mengatakan yang maknanya :

وَلَمْ يَقُمْ دَلِيلٌ مَعْلُومٌ لَا عَلَى شَهْرِهَا وَلَا عَلَى عَشْرِهَا وَلَا عَلَى عَيْنِهَا، بَلِ النُّقُولُ فِي ذَلِكَ مُنْقَطِعَةٌ مُخْتَلِفَةٌ لَيْسَ فِيهَا مَا يُقْطَعُ بِهِ

"Dan tidak ada dalīl yang kuat yang mengabarkan tentang bulan dan tanggalnya terjadi Isrā' Mi'rāj. Bahkan kabar-kabar tentang hal tersebut terputus dan berbeda-beda, sehingga tentang kapan terjadinya tidak bisa dipastikan."

(Zadul Ma’ad 1/58)

Sahabat BiAS rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Ibnu Rajab dalam Lathaif Al Ma'arif  (1/121) juga mengatakan:

"Bahwa pada bulan Rajab ini ada riwayat yang menyatakan adanya kejadian besar Isrā' Mi'rāj dan tidak ada hadīts shahīh yang berkaitan dengan hal tersebut."

Kesimpulannya:

√ Kita mengimani Isrā' Mi'rāj, namun tidak memastikan kapannya.

Kemudian pada Isrā' dan Mi'raj ini ada pelajaran penting bagi kita:

⑴ Bahwa dalam 'aqidah, ahlus sunnah wal jama'ah mengatakan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla berada di atas, dan beristiwā' di atas 'Arsy Nya, dan hal ini diselisihi oleh beberapa orang terkenal di indonesia ini.

⑵ Dan dalam Isrā' dan Mi'rāj ini ada dalīl yang kuat untuk menyatakan hal tersebut.

Bahwa Allāh berada di atas, karena arti Mi'rāj secara istilah adalah perjalanan naik ke atas dari Baitul Maqdis hingga langit ketujuh atau Sidratul Muntahā.

Ini menjadi dalīl kuat bagi pendapat yang menyatakan Allāh berada di atas. Karena jika Allāh berada dimana-mana sebagaimana 'aqidah sebagian orang, tentu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak perlu Isrā' dan Mi'rāj.

Beliau tidak perlu susah susah menaiki burāq kemudian naik kelangit.

Sehingga kita mengatakan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla berada di atas, bukan dimana-mana. Dan Allāh beristiwā di atas 'Arsy Nya, dan hanya Allāh yang tahu hakikatnya.
Kita hanya diberi kabar dalam Al Qurān dan hadīts Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Maka kewajiban kita adalah mengimani, walaupun kita tidak tahu bagaimananya, karena jika diterangkan pun, mungkin akal kita tidak bisa membayangkannya, karena kita hanyalah makhluk Allāh yang sangat kecil lagi lemah.

Wallāhu A'lam Bishawāb

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______

🌍 BimbinganIslam.com
Kamis, 07 Rajab 1440 H / 14 Maret 2019 M
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Materi Tematik | Isra’ Mi’raj
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRajab1440H_H04
~~~~

No comments:

Post a Comment