Tuesday, March 12, 2019

Materi Tematik | Shalat Raghaib

SHALĀT RAGHĀIB
klik link audio

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي جعل من يريده بخير فقيها في الدين
والصلاة والسلام على أشرف الخلق وسيد المرسلين نبينا محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين أما بعد


Sahabat BiAS rahīmaniy wa rahīmakumullāh,

Dalam setiap perlombaan pasti ada peraturannya. Bagi setiap institusi pendidikan pasti ada peraturannya. Begitu juga dalam agama kita.

Agama kita memiliki aturan tertentu dalam perjalanan seorang hamba menuju Rabb-Nya.

Dalam ibadah ada aturannya sendiri yang dinamakan syar'iat. Di dalam syar'iat pasti ada rukunnya, ada syaratnya, ada sunnahnya dan ada larangannya.

Dan barangsiapa yang melakukan sesuatu sesuai dengan peraturan maka dia menjadi seorang yang beruntung dan barangsiapa yang melakukan sesuatu tidak sesuai dengan peraturan maka dia termasuk orang yang celaka.



Pada bulan Rajab ini ada beberapa kalangan yang masih melakukan shalāt Raghāib.

Apakah shalāt Raghāib itu?

Shalat Raghāib adalah shalāt yang dilakukan pada malam Jum'at pertama pada bulan Rajab, dilakukan antara waktu Maghrib dan Isya, biasanya didahului dengan puasa pada siang harinya (hari kamis).

Shalāt Raghāib dilakukan sebanyak 12 raka'at.

√ Setiap raka'at membaca Al Fātihah, surat Al Qadar 3 (tiga) kali dan surat Al Ikhlās 12 (dua belas)  kali.

√ Setelah selesai, lalu bershalawat dengan sebanyak 70 kali.

√ Kemudian sujud dengan membaca do'a khusus dengan jumlah tertentu.

√ Kemudian duduk dan membaca do'a khusus dengan jumlah tertentu.

√ Kemudian sujud lagi membaca do'a khusus dengan jumlah tertentu.

Shalāt Raghāib ini dipercayai oleh sebagian orang, berdasarkan hadīts yang palsu, memiliki banyak keutamaan.

Di antaranya keutamaan yang dijanjikan dari hadīts palsu tersebut, adalah:

⑴ Seluruh dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih di lautan.

⑵ Saat di alam kubur pahala shalāt tersebut akan datang dalam bentuk terbaik, bau terharum dan menemani orang yang melakukan shalāt ini.

⑶ Di akhirat kelak orang yang melakukan shalāt ini akan diberikan izin untuk memberikan syafā'at kepada 700 kerabatnya.

⑷ Shalāt ini akan menjadi naungan pada hari kiamat kelak, ketika matahari didekatkan kepada semua makhluk.

Namun sebagaimana disampaikan di awal, bahwa hadīts yang menyebutkan keutamaan tersebut merupakan hadīts yang dhaif (lemah), tidak bisa dijadikan pegangan untuk beramal shālih.

Dan tahukah anda, apa yang dikatakan oleh Imām Ramli (salah satu ulamā madzhab Syāfi'i) berkaitan dengan shalāt ini ?

Beliau berkata :

لَمْ يَصِحَّ فِي شَهْرِ رَجَبٍ صَلَاةٌ مَخْصُوصَةٌ تَخْتَصُّ بِهِ

"Tidak ada dalīl yang shahīh terkait shalāt khusus pada bulan Rajab."

وَالْأَحَادِيثُ الْمَرْوِيَّةُ فِي فَضْلِ صَلَاةِ الرَّغَائِبِ فِي أَوَّلِ جُمُعَةٍ مِنْ شَهْرِ رَجَبٍ كَذِبٌ بَاطِلٌ

"Hadīts-hadīts yang diriwayatkan berkaitan dengan keutamaan shalāt Raghāib yang dilakukan pada awal hari Jum'at bulan Rajab, merupakan hadīts yang dusta dan bathil."

وَهَذِهِ الصَّلَاةُ بِدْعَةٌ عِنْدَ جُمْهُورِ الْعُلَمَاءِ

"Dan shalāt tersebut merupakan kebid’ahan menurut jumhur ulamā."

Imām Nawawi pun ketika ditanya tentang shalāt Raghāib dan shalāt Nisyfu Sya'ban, beliau berkata :

الحمد لله ، هاتان الصلاتان لم يصلهما النبي-صلى الله عليه وسلم

"Segala puji bagi Allāh, kedua shalāt tersebut tidak pernah dilakukan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."

ولا أحد من أصحابه–رضي الله عنهم

"Tidak pernah dilakukan oleh salah seorang shahābat radhiyallāhu ta'āla 'anhum."

ولا أحد من الأئمة الأربعة المذكورين–رحمهم الله

"Tidak pula oleh salah seorang dari imām madzhab yang empat (Imām Abū Hanifah, Imām Mālik, Imām Syāfi'i, Imām Ahmad)."

ولا أشار أحد منهم بصلاتهما

"Bahkan mereka tidak ada yang mengisyaratkan akan adanya shalāt ini."

ولم يفعلهما أحد ممن يقتدي به،

"Dan kalangan para ulamā yang bisa dicontoh perbuatannya belum pernah melakukannya."

ولم يصح عن النبي منها شيء ولا عن أحد يقتدي به

"Dan tidak ada satu hadīts shahīh pun dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkaitan dengan shalāt tersebut atau dari salah satu imām kaum muslimin yang bisa dicontoh amalahnnya."

وإنما أحدثت في الأعصار المتأخرة وصلاتهما من البدع المنكرات ، والحوادث الباطلات

"Ibadah shalāt ini diada-adakan pada masa belakangan ini dan kedua shalāt tersebut merupakan bid’ah yang mungkar, dan perbuatan yang bathil."

Dan telah shahīh dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwasanya Beliau bersabda:

إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ.

"Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru. Setiap perkara-perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat."

(Hadīts shahīh Abū Dāwūd no 4607, At Tirmidzī nomor 2676, Ahmad IV/46-47)

Dan dalam Shahīh Bukhāri dan Muslim, dari Āisyah radhiyallāhu ta'āla 'anhā, beliau berkata Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي دِينِنَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

"Barangsiapa yang mengadakan perkara baru dalam agama kami maka amalan tersebut tertolak."

Dan dalam Shahīh Muslim, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak."

(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 1718)

Dan sudah sepantasnya masing-masing kita semua untuk tidak melakukan shalāt ini dan memperingatkan darinya dan berlari darinya dan menjelekkan perbuatan tersebut dan menyebarkan larangan akan shalāt tersebut.

Karena telah shahīh dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bahwasanya beliau bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ

"Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaknya dia mengubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya."

Dan wajib bagi para ulamā untuk memperingatkan shalāt tersebut dan berpaling dari shalāt tersebut untuk urusan lainnya karena mereka akan menjadi contoh.

Da tidak boleh ada orang yang tertipu, tidak boleh ada orang yang terkesan karena shalāt tersebut sudah tersebar yang telah dilakukan oleh orang banyak yang semisalnya.

Karena mencontoh itu hanya boleh untuk Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan dengan apa yang Beliau perintahkan dan bukan dengan sesuatu yang dilarang atau diperingatkan oleh Beliau (shallallāhu 'alayhi wa sallam).

(Fatwa AImām Nawawi dalam Kitāb Musajjalah Ilmiyah Bainal Imamaini hal 45-47).


Semoga bermanfaat.

Wallāhu A'lam Bishawāb


وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه  وسلم
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 05 Rajab 1440 H / 12 Maret 2019 M
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Materi Tematik | Shalāt Raghāib
⬇ Download audio: bit.ly/SerialRajab1440H_H02
~~~~

No comments:

Post a Comment