Thursday, June 4, 2020

Halaqah 04 ~ Wasiat Perpisahan Rasūlullāh ﷺ Bagian Keempat

📘 Daurah Tematik
🔊  Halaqah 04 ~ Wasiat Perpisahan Rasūlullāh ﷺ Bagian Keempat
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, Alahamdulillahi ladzi hadana lihadza wama kuna linahtadiya laula anhadanallah
Asyhaduala ilaha ilallah wahdahulasyarikalah waasyhaduana Muhammadan abduhu warosuluhu
Allahuma sholi wasalim wabarik ala nibiyina Muhammad wa ala alihi wasohbihi ajma'in

Ikwah sekalian dan juga akhwat rohimani warohimakumullah

WASIAT KETIGA

Kemudian yang ketiga beliau mengatakan

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا

Sesungguhnya orang yang hidup diantara kalian yaitu hidup semeninggal Nabi salallahu álaihi wasalam dan melihat perubahan, melihat umat islam setelah itu, maka dia akan lihat perselisihan yang banyak.

Di zaman Nabi salallahu álaihi wasalam, yang namanya umat islam adalah umat yang satu, semuanya sama dari segi aqidahnya, dari segi maliyahnya, cara shalatnya, cara dzikirnya semuanya sama seperti yang dilakukan Rosulullah salallahu álaihi wasalam. Semuanya sama dari timur sampai barat, dari utara sampai selatan, semuanya sepakat tidak ada perpecahan diantara mereka aqidahnya adalah aqidah Rosulullah salallahu álaihi wasalam, cara sholatnya, cara berpuasanya, cara dzikirnya semuanya sama dengan Rosulullah salallahu álaihi wasalam, dan ini dialamai oleh para sahabat roduallahudanhum. Manhaj mereka stu, aqidah mereka satu, ibadah mereka caranya satu semuanya.

Maka Nabi mengatakan mengabarkan orang yang hidup diantara kalian lebih banyak lagi atau lebih panjang maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Baik di dalam masalah aqidah. Mulai keluar orang-orang yang mengingkari takdir, sebelumnya semua beriman dengan takdir. Ketika mulai masuk islam orang-orang yang dahulunya dia di atas agama selain islam kemudian masuk ke dalam agama islam ada keyakinan pemikiran dia yang masih tersisa di dalam hatinya. Sehingga ada diantara mereka kemudian terjatuh di dalam bidáh qodariyah yang mereka mengingkari takdir Allah subhanahu wataála. Dan ini terjadi di zaman shahabah tepatnya di zaman Abdullah Ibnu Umar roduallahu anhuma muncul sebuah firqoh, sebuah aliran yang mereka mengingkari takdir Allah subhanahu wataála, terjadi perpecahan. Mereka mulai menyimpang, mulai menjauh dari sunnah Rosulullah salallahu álaihi wasalam.

Rsoulullah salallahu mengatakan

An tu'mina bilqodari khoirihi wasyarih

Engkau beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.

Tetapi mereka mengatakan tidak ada takdir.

Rsoulullah salallahu mengatakan

Qulu syai'in bi qodari

Segala sesuatu adalah dengan takdir

Hatta azji wal qois

Sampai lemahnya manusia, kecerdasan manusia adalah dengan takdir

Mereka mengatakan tidak ada takdir. Berarti disini mulai menyelisihi.

Muncul orang-orang khawariz yang mereka mengatakan bahwasanya pelaku dosa besar keluar dari agama islam padalah ini bukan keyakinan Rosulullah salallahu álaihi wasalam dan juga para sahabatnya. Keyakinan Rosulullah salallahu álaihi wasalam dan juga para sahabatnya bahwasanya pelaku dosa besar seperti zina, riba, melakukan dosa besar yang mengurangi keimanannya tetapi tidak sampai mengeluarkan dia dari agama islam. Betul ini adalah dosa yang besar, mengurangi iman, membahayakan iman seseorang tetapi tidak sampai mengeluarkannya dari agama islam. Dalilnya banyak dari Al-Quran maupun dari Hadits, diantaranya

Kelak di hari kiamat ada syafaat (untuk siapa?) diantarnya untuk pelaku dosa besar yang masuk ke dalam neraka kemudian mereka keluar dengan sebab syafaatnya para nabi atau malaikat atau orang yang sholeh meskipun di dalam hatinya ada keimanan sekecil apapun selama mereka tidak melakukan kesyirikan yang membatalkan keislaman mereka maka ada kesempatan masuk ke dalam surga dan keluar dari neraka. Ini kayakinan ahlu sunnah wal jamaah, keyakinan para sahabat, keyakinan Rosulullah salallahu álaihi wasalam. Kemudian mulai muncul sebuah firqoh yang mereka mengkafirkan orang-orang yang melakukan dosa besar.

Nabi salallahu álaihi wasalam dan juga para sahabat meyakini keharusan untuk mendengar dan taat kepada penguasa. Orang-orang khawariz mengatakan bahwasannya kita harus memerangi penguasa yang dholim. Kalau mereka mendholimi rakyatnya maka harus kita perangi. Kalau mereka berbuat maksiat maka kita harus perangi. Padahal Nabi salallahu álaihi wasalam mengatakan

Isma' wa athi' waindhoroba dhohrok wain akhoda malak

Dengarkanlah dan taatilah penguasa meskipun mereka mengambil hartamu meskipun mereka memukul punggungmu

Ini ucapan Nabi salallahu álaihi wasalam, aqidah beliau, tapi orang-orang khawariz mulai menyimpang mereka mengatakan kalau mendholimi kita maka harus kita perangi. Kemudian muncul disana jahmiah, mu'tajilah dan juga aliran-aliran yang lain bahkan khawariz berpecah satu dengan yang lain beliau mengatakan فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا dia akan melihat perselisihan yang banyak. Dan masing-masing aliran tersebut mengaku bahwa dirinya yang benar. Masing-masing aliran mengajak dan menyeru kepada alirannya.

Dalam keadaan demikian, bagaimana sikap kita? Dan ini termasuk tanda-tanda kenabian salallahu álaihi wasalam karena setelah itu terjadi perselisihan yang banyak sebagaimana kenyataannya demikian, sebagaimana dikabarkan oleh beliau salallahu álaihi wasalam. Sehingga ini menunjukkan tentang kenabian beliau salallahu álaihi wasalam terjadi sesuai dengan apa yang beliau kabarkan.

Ketika terjadi perselisihan yang banyak aliran beliau memberikan wasiat, dan ini menunjukkan sayangnya beliau kepada umat beliau salallahu álaihi wasalam, tidak membiarkan mereka dalam keadaan bingung, dalam keadaan resah, dalam keadaan tidak tahu kemana arah mereka. Baliau tahu dan mengabarkan bahwasannya akan terjadi perselisihan dan tahu bahwasannya disana akan ada orang yang bingung kemana dia harus mengikuti.

Ada sebagian manusia ketika terjadi perselisihan yang banyak diantara umat islam kemudian dia putus asa melihat banyaknya aliran akhirnya dia justru menjauh dari agama. Mengatakan kalau orang-orang islam saja mereka berpecah belah kenapa saya menjadi orang-orang yang taat. Sehingga dia lebih memilih sibuk dengan dunianya, meninggalkan memperhatikan agamanya, ini sebagian orang demikian. Melihat perpecahan justru menjauhi agama secara keseluruhan.

Ada diantara mereka ketika melihat perpecahan ikut terhanyut dengan satu aliran, ikut mengikuti aliran A, ikut mengikuti aliran B dan seterusnya. Atau yang ketiga dia mengatakan seluruh aliran itu baik. Mau ikut aliran A,B,C itu sama baik yang penting istiqomah di dalam aliran tersebut. Ini sikap manusia ketika menghadapi perpecahan yang ada.

Bagaimana petunjuk nabi? Apakah petunjuk nabi salallahu álaihi wasalam itu disuruh kita untuk menjauh dari agama? (tidak) Apakah disuruh kita untuk mengikuti satu aliran tersebut? (tidak juga) Apakah beliau menyuruh kita mengatakan bahwasannya semua aliran itu sama? (tidak)

Beliau memberikan wasiat. Kalau sampai melihat perpecahan yang banyak  فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي maka hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku. Kembali kepada sunnah Nabi salallahu álaihi wasalam, jangan ikuti aliran-aliran tadi dan jangan mengatakan bahwasannya seluruh aliran itu sama, tapi beliau mengatakan  فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي hendaklah kalian berpegang (irjam) فَعَلَيْكُمْ  artinya hendaklah kalian berpegang (pegang teguh) sunnahku. Yang dimaksud dengan sunnah Nabi salallahu álaihi wasalam adalah jalan hidup beliau, dan jalan hidup beliau bisa berupa ucapan (hadits-hadits yang berupa ucapan beliau salallahu alaihi wasalam) maka ini jalan hidup beliau dan jalan hidup beliau bisa berupa perbuatan (sunnah) kerjakan (perbuatan) atau bisa berupa takrir (persetujuan beliau salallahu álaihi wasalam). Maka ini masuk di dalam sunnah Rosulullah salallahu álaihi wasalam.

Jadi kalau terjadi perselisihan jalan keluarnya adalah dengan kembali kepada sunnah, bukan kepada atau mengikuti aliran tersebut mengikuti perpecahan tersebut dan tidak mungkin seseorang bisa kepada sunnah kecuali apabila dia mengetahui sunnah Nabi salallahu álaihi wasalam. Berarti kembali kita harus belajar supaya kita tidak bingung menghadapi perpecahan. Ketika kita melihat perselisihan kita lihat mana yang sesuai dengan sunnah. Kalau kita sudah mengetahui sunnah tersebut maka kita pegang erat sebagaimana sabda Nabi salallahu álaihi wasalam فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku.

Kemudian beliau mengatakan وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ dan hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahnya para khulafa arrosidin. Mereka adala para khulafa yang datang setelah Nabi salallahu álaihi wasalam. Yang menggantikan kedudukan Nabi salallahu álaihi wasalam di dalam membimbing umat dan memimpin umat. Jumlahnya ada 4 : (1) Abu Bakar As Sidik, (2) Umar Ibnu Khatab, (3) Ustman Ibnu Afan dan (4) Ali bin Abi Tholib.

Di dalam sebuah hadits beliau salallahu álaihi wasalam mengatakan

Khilafatun nubuwati stalastuna salas

Kekhilafahan Nubuwah ini berlangusng selama 30 tahun. Dan kalau dihitung kekhilafahan Abu Bakar sampai Ali bin Abi Tholib ini kurang lebih 30 tahun sebagaimana dikabarkan oleh Nabi salallahu álaihi wasalam.

Maka beliau menyuruh kita untuk berpegang teguh dengan sunnah beliau ketika terjadi perselisihan yang banyak. Kemudian yang kedua wasiat beliau untuk berpegang teguh dengan sunnah para khulafaurashidin.

Apakah sunnah para khulafaurosidin berbeda dengan sunnahnya Rosulullah? Jawabannya tidak. Karena sunnah para khulafaurosidin adalah supaya kita berpegang dengan sunnahnya Rosulullah salallahu álaihi wasalam. Para khulafaurosidin artinya adalah orang-orang yang sangat berpegang teguh dengan agama, yang mereka disifati dengen arrosidin. Apa maksud dengan arrosidin? Arush kelurusan ini apabila seseorang memiliki ilmu dan amal. Memiliki ilmu dan amal maka disifati dengan arrsohid, dan inilah yang dimiliki oleh para khulafauroshidin dari Abu Bakar sampai Ali bin Abi Tholib rodiallahu anhum. Selain mereka adalah seorang kholifah, pemimpin negara, ternyata mereka adalah orang yang sangat berilmu, ditambah lagi mereka sangat mengamalkan ilmunya, dan ini jarang yang demikian. Jarang seorang pemimpin memiliki ilmu yang luar biasa dalam segi agama dan dia sangat mengamalkan ilmunya. Ternyata ini dimiliki oleh para khulafauroshidin.

Disana banyak contoh bahwasannya mereka (Abu Bakar, Umar, Ustman dan juga Ali), ilmu mereka adalah luar biasa dan amalan mereka terhadap agama adalah laur biasa, sekali lagi ini jarang dimiliki oleh pemimpin. Biasanya pemimpin dia tidak memiliki ilmu hanya sibuk dengan dunianya sehingga ilmunya kurang atau seandainya dia memiliki ilmu maka dia tidak mengamalkan. Tapi ternyata pera khulafauroshidin mereka disifati oleh Nabi salallahu álaihi wasalam dengan arroshidin karena mereka berilmu dan juga beramal. وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ

Oleh karena itu para ulama ketika berbicara tentang apa yang dilakukan oleh Ustman bin Afan rodiallahu anhu berupa adzan yang pertama ketika hari jumat maka para ulama tidak mengatakan ini adalah bidáh, (kenapa?) karena ini masuk di dalam sabda Nabi salallahu álaihi wasalam وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah para khulafauroshidin. Dan diantara sunnah para khulafauroshidin yang dilakukan Ustman bin Afan bahwa di zaman beliau Adzan nya Adzan yang pertama ketika Jumát sehingga tidak dikatakan bahwasannya adzan yang pertama adalah bidáh karena pernah disunnahkan oleh Ustman Ibnu Afan dan Nabi salallahu álaihi wasalam mengatakan فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ

Kemudian beliau mengatakan

عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Hendaklah kalian berpegang teguh atau menggigit sunnahku tersebut dengan gigi graham kalian. Dan ini adalah ungkapan dari beliau salallahu álaihi wasalam menunjukkan apabila seseorang berpegang teguh dengan sunnah maka hendaklah dia sekuat-kuatnya memegang sunnah tersebut, bersabat. Karena orang yang memgang teguh sunnah maka dia akan diuji, diuji dari keluarganya, diuji dari tetangganya, diuji dari temannya, dari atasannya, dari bawahannya, maka beliau salallahu álaihi wasalam mengatakan adh-dhu álaiha bin nawajid hendaklah kalian gigit sunnahku tersebut dengan gigi graham kalian, bersabar dan tabah menghadapi ujian sebagaimana Nabi salallahu álaihi wasalam dahulu beliau dan juga para sahabat tegar di dalam memegang agama ini. Ia meskipun dicela, disiksa, Ia mendapatkan ujian bahkan diusir dari daerahnya Mekah yang merupakan kelahiran mereka dan disitu ada harta mereka, ada keluarga mereka, kemudian mereka diusir karena mereka berpgang teguh dengan agama ini. Adh-dhu álaiha bin nawajid. Keharusan kita untuk istiqomah dan sungguh-sungguh di dalam memegang agama Allah.

Mungkin itu yang bisa kita sampaikan wallahu taála a'lam
Wabilahi taufiq wal hidayah wassalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh 

No comments:

Post a Comment