Thursday, June 25, 2020

Halaqah 09 ~ Pembelahan Dada Nabi, Meninggalnya Aminah Dan Abdul Muthalib

📘 Silsilah Ilmiyyah 10.1 Sirah Nabawiyyah
🔊  Halaqah 09 ~ Pembelahan Dada Nabi, Meninggalnya Aminah Dan Abdul Muthalib
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah washolatu wasalamu ala rosulillah wa ala alihi washohbihi ajmain

Halaqah 09 ~ Pembelahan Dada Nabi, Meninggalnya Aminah Dan Abdul Muthalib

Pada tahun ke-4 atau ke-5 semenjak kelahiran nabi salallahu 'alaihi wasalam terjadi kejadian besar yang menimpa Muhammad salallahu 'alaihi wasalam. Di dalam shohih muslim, Imam Muslim meriwayatkan bahwa datang malaikan Jibril dan Muhammad salallahu 'alaihi wasalam sedang bermain bersama anak-anak. Kemudian malaikat Jibril membelah dada beliau, mengeluarkan dari jantungnya segumpal darah hitam, kemudian membuangnya dan mencuci jantungnya di dalam bejana yang terbuat dari emas yang di dalamnya ada air zamzam sehingga jantung tersebut bersih kemudian mengembalikannya seperti semula.

Datanglah anak-anak tersebut melapor kepada Halimah bahwa Muhammad telah terbunuh kemudian merekapun menyambut Muhammad dan beliau dalam keadaan sudah berubah wajahnya. Halimah sebagai ibu yang menyusui Muhammad salallahu 'alaihi wasalam merasa takut dengan kejadian aneh yang menimpa Muhammad maka diapun mengembalikan beliau kepada Ibunya sampai berumur 6 tahun.

Pada tahun itulah Aminah mengajak Muhammad putranya yang sudah yatim untuk menjiarahi kubur suaminya di kota Madinah dan bersama mereka Abdul Mutholib dan Ummu Aiman sang pembantu. Ketika kembali pulang, Aminah sakit dan meninggal di Al-Abwa sebuah kota antara Madinah dan Mekah. Jadilah Muhammad yang masih sangat kecil tersebut dan sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian hidup tidak memiliki orang tua.

Kemudian kembalilah beliau bersama kakeknya yang sangat sayang kepada beliau salallahu 'alaihi wasalam bahkan lebih disayangi daripada anak-anaknya yang lain. Dahulu Abdul Mutholib memiliki tikar di sekitar Ka'bah, tidak ada anak-anaknya yang berani duduk bersama Abdul Mutholib di atas tikar tersebut, karena menghormati bapaknya. Namun Abdul Mutholib membiarkan Muhammad duduk bersamanya di atas tikar tersebut dan mengusap punggungnya dan senang melihat apa yang dia lakukan.

Ketika berumur 8 Tahun, meninggallah Abdul Mutholib kakek yang sangat sayang kepada beliau dan sebelum meninggal Abdul Mutholib menyerahkan kepengurusan cucunya kepada Abu Tholib paman Muhammad saudara kandung Abdullah bin Abdul Mutholib.

No comments:

Post a Comment