Friday, June 5, 2020

Halaqah 05 ~ Wasiat Perpisahan Rasūlullāh ﷺ Bagian Kelima

📘 Daurah Tematik
🔊  Halaqah 05 ~ Wasiat Perpisahan Rasūlullāh ﷺ Bagian Kelima
👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A.

Assalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, Alahamdulillahi ladzi hadana lihadza wama kuna linahtadiya laula anhadanallah
Asyhaduala ilaha ilallah wahdahulasyarikalah waasyhaduana Muhammadan abduhu warosuluhu
Allahuma sholi wasalim wabarik ala nibiyina Muhammad wa ala alihi wasohbihi ajma'in

Ikwah sekalian dan juga akhwat rohimani warohimakumullah

WASIAT KEEMPAT

Kemudian beliau berwasiat dengan wasiat yang terakhir

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ
dan hati-hatilah kalian terhadap perkara-pereka yang diada-adakan. وَإِيَّاكُمْ ini adalah kalimat di dalam bahasa arab yang artinya adalah peringatan waspadalah kalian, menunjukkan bahwasannya setelahnya perkara yang jelek yang merupakan dosa yang memberikan kejelekan bagi kaum muslimin. Apa itu yang diperingatkan beliau salallahu álaihi wasalam? وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ .
مُحْدَثَاتِ artinya sesuatu yang diada-adakan. الأُمُوْرِ perkara, yang dimaksud disini adalah perkara agama. Hati-hatilah kalian dari perkara-perakara yang diadakan di dalam masalah agama, karena agama sudah lengkap, sudah sempurna, sebelum meninggalnya Nabi salallahu álaihi wasalam agama sudah disempurnakan oleh Allah dalam ayatnya

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ

Pada hari ini yaitu 1500 tahun yang lalu kurang belih, agama ini sudah disempurnakan oleh Allah azawajal. Al yauma akmaltu kalum dinakum. Pada hari ini telah kusempurnakan bagi kalian agama kalian. Berarti apa yang dilakukan setelah itu, perkara yang diada-adakan setelah itu maka itu bukan termasuk agama. Ini adalah مُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ ini adalah perkara-perkara yang diadakan di dalam masalah agama dan ini menunjukkan kalau perkara yang baru tetapi bukan termasuk di dalam agama, tetapi dia adalah perkara dunia, maka ini ada yang diperbolehkan ada yang tidak. Perkara yang baru di dalam masalah dunia maka ada yang diperbolehkan ada yang tidak. Ada perkara yang baru dibuat manusia di dalam urusan dunia mereka dan baik untuk semuanya, listrik yang adanya pengeras suara, adanya komputer ini perkara-perkara yang baru yang bisa dimanfaatkan kebaikan oleh manusia. Silakan dipakai, ini perkara dunia. Tapi disana ada buatan manusai berkaitan dengan masalah dunia yang justru membawa mudhorot bagi manusia. Misalnya perkara yang baru berupa obat-obatan yang terlarang, yang mungkin di zalam dahulu tidak ada sekarang dibuat oleh manusia. Perkara yang baru di dalam masalah dunia dan dia tidak diperbolehkan. Dan dalam masalah dunia maka disana terbagi perkara ada yang hasanah ada yang syayiáh. Tapi dalam masalah agama Nabi mengatakan وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ hati-hatilah kalian dari membuat perkara yang baru di dalam masalah agama. Masalah dunia seperti yang tadi kita sebutkan, kalau memang baik silakan dipakai tapi kalau jelek maka jangan dipakai. Tapi di dalam masalah agama maka nabi salallahu álahi wasalam menyemaratakan, beliau mengatakan وَإِيَّاكُمْ hati-hatilah kalian dari perkara yang baru di dalam agama

فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Karena sesungguhnya setiap bidáh adalah sesat. Baliau mengatakan كُلَّ seluruhnya. Artinya seluruh perkara yang baru di dalam masalah agama bukan masalah dunia itu adalah ضَلاَلَةٌ semuanya adalah sesat, semuanya adalah sayiáh. Dan beliau salallahu álaihi wasalam tidak mengatakan ada diantara bidáh yang hasanah, tapi beliau mengatakan كُلَّ بِدْعَةٍ seluruh bidáh. Oleh karena itu tidak boleh kita seorang muslim mengatakan bahwasannya disana ada bidáh yang hasanah. Kalau nabi sudah mengatakan كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ bagaimana kita rela dan ridho mengatakan bahwasannya disana ada bidáh yang hasanah.

Berkata Abdullah Ibnu Umar

kulu bidátin dholalah wa imroahanasu hasanah

Seluruh bidáh adalah sesat meskipun manusia memandang itu adalah hasanah. Meskipun itu adalah baik di pandangan manusia, tapi di pandangan Allah maka itu adalah sesat, di pandangan rosulullah salallahu álaihi wasalam itu adalah sesat, meskipun di pandangan manusia adalah hasanah.

Al Imam Malik beliau mengatakan

Manistadá bi islami bidátan yaroa hasanah faqod jaana rosulullah salallahu alaihi wasalam kholamisal

Barang siapa yang membuat bidáh di dalam agama islam kemudian memandang bidáh itu adalah hasanah. Ini ucapan Imam Malik guru dari Imam Syaif'i. Barang siapa yang membuat bidáh di dalam agama islam yaroha hasanah memandang bidáh tersebut adalah baik. Maka sungguh dia telah menuduh Rosulullah salallahu álaihi wasalam mengkhianati risalah Allah. Barang siapa yang membuat bidáh di dalam agama kemudian mengatakan itu baik berarti pada hakekatnya dia telah menuduh nabi berkhianat. Berkianat kepada Allah. Seakan-akan dia mengatakan ini adalah ibadah yang belum disampaikan oleh Nabi. Tidak disampaikan oleh nabi kepada para sahabatnya, nah sekarang saya munculkan amalan ini kepada manusia. Seakan-akan dia mengatakan ini adalah amalan yang disembunyikan oleh nabi dan tidak dikabarkan oleh para sahabat. Berarti hakekatnya menganggap nabi berkhianat kepada Allah. Ada sebagian yang tidak disampaikan kepada umat. Ini ucapan Imam Malik menunjukkan tentang bahwasannya seluruh bidáh adalah sesat. Tidak ada disana bidáh yang hasanah di dalam agama islam tentunya bidáh dengan pengertian yang benar yaitu bidáh di dalam masalah agama. Adapun masalah dunia maka ada yang baik dan ada yang buruk,

Sebagian ulama mengatakan kenapa disini Beliau salallahu álaihi wasalam melarang kita untuk melakukan bidáh di dalam agama, karena ini ada hubungannya denagn ikhtilaf tadi. Hubungannya dengan perpecahan, perselisihan yang disebutkan dalam ucapan beliau sebelumnya. Beliau menyebutkan diantara sebab perselisihan, perpecahan umat adalah bidáh. Diantara sebab umat berpecah belah yang saling bercerai berai diantara mereka adalah karena sebab bidáh yang dilakukan. Dan betul apa yang diucapkan karena tidaklah terjadi perpecahan di kalangan umat kecuali karena sebab bidáh. Mulai dari qodariyah, memisahkan diri dari jamaahnya kaum muslimin dengan sebab bidáh di dalam masalah takdir. Orang-orang khawariz memecahkan diri dari kaum muslimin dengan sebab keyakinan mereka bahwasannya pelaku dosa besar keluar dari agama islam. Jahmiah, Mu'tajilah dan seterusnya mereka memecahkan diri dari jamaahnya Rosulullah salallahu álaihi wasalam dan para sahabat dengan bidáh mereka.

Demikian seadainya masing-masing dari kita diberikan kebebasan untuk melakukan bidáh bisa dikatakan masing-masing silakan membuat bidáh di dalam aqidah, tidak perlu berpegang dengan sunnah nabi, silakan masing-masing membuat cara di dalam dzikir setelah shalat misalnya, silakan masing-masing membuat cara di dalam shalat lima waktu misalnya terserah berapa rakaat, apa yang terjadi? perpecahan. Masing-masing menganggap dirinya paling baik, bagusnya setelah shalat dzikirnya seperti ini. Daerah yang lain mengatakan tidak, bagusnya setelah shalat adalah membaca ini. Akhirnya dalam satu negara bisa bermacam-macam cara dzikir setelah shalatnya, ada yang dikeraskan ada yang dilirihkan, ada yang membaca ini ada yang membaca itu. Perpecahan di kalangan umat.

Tetapi seandainya masing-masing mau kembali kepada sunnah, meninggalkan pendapatnya, meninggalkan akalnya yang bertentangan dengan dalil, maka yang terjadi adalah persatuan. Umat islam akan menjadi satu shaft, satu barisan, tidak ebrbecah belah satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu ahlu sunnah digelari mereka dengan Ahlu sunnah waljamaah. Mereka adalah ahlu sunnah karena mereka berpegang teguh dengan sunnah dan mereka adalah ahlul jamaah karena mereka berjamaah dengan Rosulullah salallahu álaihi wasalam dan juga dengan para sahabat. Tidak mau memisahkan diri dari Rosulullah salallahu álaihi wasalam dan juga para sahabatnya. Sehingga mereka dikenal dengan Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Karena sunnah, kalau kita mau berpegang teguh dengan sunnah, maka diantaranya adalah persatuan yang akan kita petik, kita akan kokoh di dalam persatuan kita, semuanya sama-sama bertekad menghidupkan sunnah Nabi salallahu álaihi wasalam.

Adapun bidáh maka ini yang bersambung dengan furqoh sehingga kebalikan dari Ahlu Sunnah Wal Jamaah adalah Alul Bid'í wal Furqoh. Mereka ahli bidáh dan ahli perpecahan karena mereka memisahkan diri memecahkan diri mereka dari jamaahnya Rosulullah salallahu álaihi wasalam dan juga para sahabatnya. Sehingga di akhir hadits ini beliau mengingatkan tentang bahaya bidáh ini karena ini diantara sebab perpecahan umat.

رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dan juga At Tirmizi di dalam sunannya. Berkata At Tirmizi حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ hadits ini adalah hadits yang hasan shohih.

Dengan demikian kita sudah menyelesaikan penjelasan dari hadits yang mulia ini. Semoga apa yang sudah disampaikan ini bermanfaat dan bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu taála a'lam

Wabilahi taufiq wal hidayah wassalamu álaikum warahmatullahi wabarakatuh 

No comments:

Post a Comment